Setiap Anak adalah Juara

...Guru seperti teko yang penuh air, yang menyirami tanaman, bukan menyirami sebuah cangkir....

Hujan dalam Ingatan

...Seperti pertanyaan yang aku titipkan pada hujan sore itu. Apakah kau merindukanku?....

Tiga Bungkus Nasi Kucing untuk Berbuka

...Kebahagiaan berada di dalam hati orang yang mengingatNya....

Kisah Kertas Kebahagiaan

...Let me find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart....

Siapa yang Berdiri di Depan Pintu?

...dan kau tahu makna cinta, masuklah....

Gusti Allah Ora Sare

...Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan....

Saturday, November 28, 2015

Apa Pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia, Mblo?

Cita-citaku  Jadi Guru/foto Marfuah R.Umar Sidik
Assalamu`alaikum, Mblo... Maaf ya, saya panggil "Mblo" dari kata Jomblo. Ini merupakan panggilan sayang saya untuk kamu (dan saya khususnya) yang masih setia jomblo sampai halal. Insyaallah hehe Malam minggu bagi jomblo seperti kita pasti tidak bakal jadi sendu. Hal itu karena kita pilih-pilih kegiatan yang buat malam minggu jadi enggak kelabu.

Nah, kegiatan itu misalnya malam ini kita ngomongin sesuatu. Sesuatu itu bukan perkara mantan melulu. No way! Kita singkirkan sejenak kata "mantan" lebih baik malam minggu ini kita bicara tentang pendidikan. Bagaimana? Setuju kan? Soalnya kita juga generasi produk pendidikan, nah pandangan seperti apa tentang pendidikan Indonesia menurut kawan-kawan?

Kalau menurut saya, rasanya merupakan salah satu pemuda yang beruntung. Kenapa? Pertama,  kalau berbicara mengenai keterjangkauan sekolah dari rumah saya cukup terjangkau. Meskipun hidup di sebuah desa yang jauh dari kota, namun saya tidak begitu bersusah payah menuju sekolah. Hal itu sangat berbeda dengan sekolah di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Ya, ketika Sekolah Dasar (SD) dulu, berangkat sekolah hanya membutuhkan waktu 10 menit berjalan kaki bersama kawan-kawan. Kemudian naik ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di kecamatan, dijangkau dengan berjalan kaki 20 menit menuju jalan raya, dilanjutkan naik mini bus selama 10 menit. Beranjak ketika Sekolah Menengah Atas (SMA), meski berada di kota namun sejak mini bus masuk desa setiap pagi hanya ditempuh selama 25 menit saja.

Kedua, bagaimana dengan sarana dan prasarana sekolah? Meski dulu keadaan ruang kelas SD ada yang bocor sana sini dan atap hampir ambruk, namun sarana dan prasarana semakin  memadai di SMP dan SMA. Buku, alat tulis, seragam, dan barang keperluan sekolah memadai. Alat olah raga di sekolah ada. Belajar komputer atau menonton film untuk mendukung pelajaran Sejarah atau Bahasa Indonesa ada ruang multimedia. Kemudian praktek pelajaran IPA bisa di laboratorium (meskipun laboratorium IPS di sekolah belum ada). Bahkan, sekarang menurut penuturan adik saya yang duduk di bangku SMA, sudah ada jaringan internet masuk ke sekolah (jaman saya dulu masih ngatri di warnet).

Ketiga, saya merasa beruntung dengan keberadaan guru yang menginspirasi. Ya, meskipun tidak semua guru sadar sebagai teladan bagi siswa, namun setidaknya di sekolah tempat saya belajar menemukan guru yang bisa digugu dan ditiru. Seperti halnya Bu Een Sukaesih (Alm) dengan keterbatasan fisik, namun ketulusan hati beliau dapat tempat di hati murid-murid. Bu Een (saya berharap guru di Indonesia yang lainnya juga) berperan seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara yaitu guru dengan asah, asih, dan asuh sehingga disayangi dan populer di kalangan siswa.

Betapa beruntung saya bukan? Namun, bagaimana dengan sekolah di daerah 3T di Indonesia? Ironi. Begitulah saya katakan karena di kota-kota pernah demam sekolah berstandar nasional dan bahkan internasional dengan membanggakan sarana dan prasarana yang ada. Namun berbeda dengan di daerah 3T yang minim sarana dan prasarana, semangat untuk bersekolah saja sudah cukup menjadi modal mereka menuntut ilmu.

Oleh karena itu, ada rasa haru dan bangga melihat foto kegiatan pengabdian Sarjana Mengajar 3 T (SM3T) kawan-kawan saya di media sosial mereka. Haru karena ternyata kondisi sarana dan prasarana nampak terbatas. Namun, sekaligus bangga karena meskipun dengan keterbatasan itu anak-anak dalam gambar nampak bahagia.

Di sinilah menurut saya pendidikan tidak melulu tentang sarana dan prasarana materi yang harus memadai, namun bagaimana keberadaan guru di sekolah menjadi pelita dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Ya, meskipun sarana dan prasarana tidak mencukupi, namun semangat guru memberi inspirasi akan menghidupkan semangat penerus bangsa menjadi insan yang berguna. Siswa yang cerdas tidak hanya intelektual, tapi cerdas juga secara sosial dan spiritual.

Menurut saya, digalakkannya program SM3T dan Guru Garis Depan (GGD) sangat bermanfaat dalam menciptakan siswa semacam itu. Siswa bersekolah dengan bahagia bersama guru yang tulus berbagi ilmu dan pengalaman menarik hidup mereka. Jadi, pendidikan tidak melulu tentang sarana dan prasarana yang lengkap tapi nir pemupukan akhlak mulia. Namun, pendidikan tentang bagaimana ketersediaaan dan pemerataan guru harapan Ki Hajar Dewantara untuk Indonesia yaitu guru yang asah, asih, dan asuh. Bukan begitu? Bagaimana menurutmu?

Semarang, 28 November 2015

Friday, November 27, 2015

私の生きがい (Alasan Aku Hidup)

danielnugroho.com
Judul di atas saya ambil dari teks pidato bahasa Jepang milik kakak kelas saya yang tadi pagi dibahas di dalam mata kuliah sakubun atau menulis karangan. Sensei sengaja memberikan teks tersebut karena beliau berkomentar bahwa naskah私の生きがい memiliki isi yang berkualitas juga dianggap sebagai naskah paling bagus yang pernah dibuat oleh anak Unnes. Oke, saya tidak membahas lebih jauh tentang naskah milik siapa atau tentang lomba pidato yang mana tetapi mengenai isi teks tersebut. Ya, alasan mengapa saya hidup.

Kebanyakan orang akan menjawab alasan mengapa mereka hidup adalah orang tua. Namun menurut saya itu kurang pas, sebab orang tua memang wajib adanya sebagai pendamping serta daya juang di dalam hidup kita. Karena pengorbanan tulus mereka, kita menyayangi mereka dan ingin membalas budi mereka selayaknya anak yang berbakti. Jika alasan hidup hanya demi orang tua atau manusia maupun makhluk hidup lain yang berumur pendek, maka jika alasan hidup kita hilang, otomatis kita akan berhenti memikirkan hidup kita ke depannya karena dianggap tidak ada tempat untuk bersandar lagi.

Sedangkan di dalam Islam sangat sederhana, alasan hidup kita adalah mencari ridha Allah serta rahmatan lil alamin. Mudah bukan? Hidup tidak terkesan ribet dan kita bisa fokus memikirkan apa yang akan kita lakukan di hidup yang hanya sekali ini kalau perlu akhirnya tanpa ada penyesalan. Dan yang paling istimewa, Allah tidak tidur jadi tidak perlu takut jika kita terpuruk. Sip?^^

Namun...apa yang bisa kita lakukan demi meraih ridha Allah? Apa yang bisa kita lakukan demi mengimplementasikan Islam rahmatan lil alamin atau yang dikenal sebagai Islam yang menurunkan rahmat bagi seluruh umat manusia?

Inilah yang menjadi pekerjaan rumah untuk tugas mengarang saya. Sensei dengan tegas menyatakan bahwa hidup itu tidak bermakna apabila kita tidak bisa melakukan hal untuk kebaikan dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Seperti yang sudah diungkapkan HR Thabrani bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Namun...apa ya? Hal kecil namun bermakna?

Karena Sensei melihat wajah cengar-cengir dan mesam-mesem kami –khususnya saya yang duduk tepat di hadapan beliau- akhirnya Sensei menuturkan sedikit hal tersebut. Beliau menceritakan sedikit pengalamannya ketika menempuh pendidikan di Negeri Sakura, di mana masyarakat Jepang memiliki budaya berterima kasih. Sekecil apa pun usaha itu, mereka menghargainya dengan baik. Sensei juga bercerita bahwa kegiatan konkret ini beliau terapkan di sebuah sekolah dasar Islam wilayah Ungaran. Hal tersebut dituangkan ke dalam Post It. Semacam mading kecil yang akan ditempeli kertas-kertas yang ditulis oleh siswa sekolah dasar tersebut dengan isi mengucapkan terima kasih. Betul-betul hal yang kecil dan sayangnya tidak disadari oleh orang kebanyakan. Misalnya “terima kasih mau menjadi teman sekelompokku”, “terima kasih sudah meminjamkan penghapus”, banyak bukan? Hal-hal kecil yang apabila kita mempedulikannya akan bermanfaat serta mengeratkan ukhuwah Islamiyah?

Nah, dari sini kita sudah terpahamkan bahwa alasan kita hidup dapat diwujudkan dengan peduli pada sesama bukan? Tetapi...hal yang lain apa ya? Apa karena hati kita sudah terlampau kering kerontang? Apakah jiwa kita sudah tak mampu peka dengan kepedulian dan rasa sayang hingga hanya mengutamakan diri sendiri dengan sikap hedonisme?

Sebagai muslimah, alasan hidup saya adalah berdakwah lewat tulisan, menyadarkan umat bahwa ada cinta dan kasih sayang abadi yang tak lekang oleh waktu dan senantiasa akan membuat kita semakin kuat yaitu Allah semata. Selain itu, saya juga ingin menjadi guru yang juga mengajarkan serta menerapkan pendidikan karakter agar generasi muda Indonesia juga bisa mengerti apa makna hidup ini. Seperti sabda Rasul yang mengatakan bahwa wanita adalah tiang negara, apabila baik wanita maka baiklah negara, apabila rusak negara maka rusaklah negara. Sudah jelas bukan bahwa manusia tinggal di Bumi memiliki misi tersendiri dalam hidupnya? Mengapa masih bingung harus melakukan apa toh Sang Pengatur sudah menunjukkan jalannya pada kita semua^^

Sekian dari opini saya kali ini, adakah yang mau memberi komentar atau tambahan lain mengenai “alasan mengapa saya hidup?”

Yup, semoga bermanfaat! :D

Thursday, November 19, 2015

Wah...Di Jepang Kucing Istimewa Lho!

Tama, Kucing Kepala Stasiun
Sumber: CNN Indonesia

Menurut kalian kucing hewan itu seperti apa? Lucu? Manja?

Yang pasti kucing adalah hewan yang paling manis, menurut beberapa orang di dunia, termasuk bagi saya. Bahkan mereka adalah hewan yang penurut dan setia kepada tuannya. Ke manapun majikannya pergi, mereka selalu mengikuti dari belakang dengan langkah jinjitnya dan tingkahnya yang menggemaskan.

Di Jepang khususnya, kucing adalah hewan favorit bahkan tidak jarang mereka dijadikan ‘sampul besar’ di sebuah tempat atau merk dan ajaibnya mendatangkan banyak keuntungan dari sana. Tokoh kartun Hello Kitty dan sejumlah kafe kucing yang tersebar di Jepang bisa menjadi bukti.

Contohnya Kepala Stasiun Kishi, Prefektur Wakayama, Jepang adalah Tama, seekor kucing betina. Wakayama Electric Railway mengangkat Tama sebagai kepala stasiun pada 5 Januari 2007. Tama adalah kucing pertama di dunia yang menduduki jabatan seperti  itu. Tepat di ulang tahun ke-5 sebagai kepala stasiun, Tama diberi asisten. Seekor kucing betina bernama Nitama. Karier Nitama melesat karena mampu melipatgandakan jumlah turis asing ke Wakayama. Pada 2014, jumlah pelancong di 14 stasiun di Kishigawa Line naik lebih dari 240%. Mereka yang datang ke Stasiun Kishi tidak bukan sekadar ingin melihat Tama, tapi juga senang naik Tama Densha. Kereta ini sangat digemari terutama oleh anak-anak karena desain, interior, dan eksterior kereta yang menarik. Semua bertemakan kucing baik sofa, dinding maupun langit-langit kereta. Di dalamnya juga terdapat kandang kucing yang terbuat dari kayu serta perpustakaan yang berisi buku anak-anak serta manga atau komik.

Tidak hanya itu, di Negeri Sakura tersebut juga terdapat pulau-pulau kucing di mana kita bisa melihat hewan manja tersebut hidup bebas di sana yang juga sangat populer di kalangan turis. Karena di kota besar banyak apartemen yang menerapkan aturan tidak boleh memelihara hewan, maka pemerintah mengakomodasikan tempat-tempat wisata unik untuk relaksasi bagi para pecinta kucing. Pulau-pulau itu antara lain:
1. Tashirojima, kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi
2. Okishima, Prefektur Shiga
3. Sanagishima,Prefektur Kagawa
4. Aoshima, Prefektur Ehime
5. Muzukijima, Prefektur Ehime
6. Manabeshima, Prefektur Okayama
7. Iwaishima, Prefektur Yamaguchi
8. Prefektur Aijima, Fukuoka
9. Aishima, Prefektur Fukuoka
10. Genkaishima, Prefektur Fukuoka
11. Kadarashima, Prefektur Saga
12. Enoshima, Prefektur Kanagawa

Pulau Kucing Aoshima
Sumber: gambarwisata

Kucing-kucing tersebut katanya tidak pilih-pilih makanan. Bisa makan dengan nasi, wafer, kentang, atau bahkan biskuit yang mereka dapatkan dari para wisatawan. Dan biasanya akses menuju pulau-pulau kucing tersebut adalah menaiki kapal dan menepi di pelabuhan. Seorang nahkoda kapal feri mengatakan mengatakan pihaknya kerap kali mengantar pelancong setiap pekan, walaupun hal yang bisa ditawarkan hanyalah gerombolan kucing. Namun hewan tersebut sudah ‘dari sononya’ imut sehingga memberikan hiburan tersendiri yang menenangkan hati kita hanya dengan melihatnya. Saat turun dari kapal, wisatawan langsung disuguhi kucing-kucing yang sudah menyambut di dekat dermaga, wah kawaii~^^

Tidak tanggung-tanggung, di Jepang juga ada Hari Kucing lho. Ialah hari peringatan atau perayaan nasional di Jepang untuk menghormati kucing. Hari perayaan ini pertama kali dirayakan pada tahun 1987.  Di setiap perayaan yang selalu disambut meriah akan ada banyak promo di toko-toko hewan peliharaan. Penetapan perayaan Hari Kucing dilakukan dengan cara mensurvei 9000 orang di Jepang. Survei tersebut bertujuan untuk menetapkan tanggal perayaan Hari Kucing. Banyak orang yang memilih tanggal 22, sehingga penetapan hari perayaan ini adalah tanggal 22. Kemudian untuk bulannya diambil dari kata dalam bahasa Jepang. Kata "ni" (二) yang artinya "dua", jika diucapkan terdengar dekat dengan kata "nyan" (ニャン) yang berarti "meong". Sehingga angka 2 yang berarti bulan Februari (bulan kedua dalam setahun), dijadikan sebagai bulan penetapan perayaan Hari Kucing di Jepang. Komite Eksekutif menetapkan 22 Februari sebagai perayaan Hari Kucing. Selain itu, tanggal 22 Februari jika di Jepang ditulis dengan 22/2, dengan demikian dapat disebut dengan kata "nyan nyan nyan" dalam bahasa Jepang atau "meong meong meong" dalam bahasa Indonesia.

Bukti orang Jepang mengistimewakan kucing yaitu kehadiran patung kucing keberuntungan yang sering disebut “maneki neko” yang sering dipajang di toko, restoran, dan di tempat-tempat usaha lainnya. Kucing tersebut mengangkat kaki depan sebelah kanan dipercaya dapat mendatangkan uang, sementara maneki neko yang mengangkat kaki depan sebelah kiri dipercaya mendatangkan pembeli. Jadi selain disebut kucing keberuntungan, juga bisa disebut kucing rezeki dan kucing pengundang. Bentuk patung kucing tersebut sangatlah lucu apalagi yang tangannya bisa digoyang-goyangkan, hihi.^^

Maneki Neko
Sumber: steycool.blogspot

Sebenarnya tidak hanya Jepang, di Islam kucing juga istimewa. Nabi menekankan di beberapa hadits bahwa kucing itu tidak najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci. Banyak fakta ilmiah sudah membuktikannya lho. Maka dari itu tidak mengherankan jika kucing boleh berkeliaran di sekitar masjid, hehe.

Bagaimana? Apakah kalian tertarik memelihara kucing setelah tahu fakta-fakta spesial tersebut?^^

Sumber:
Koran HaloJepang! Edisi Maret 2015
Wikipedia

Wednesday, November 18, 2015

Menyapa Negeriku, Menyapa Indonesiaku

@dikti
Menungu pengumuman "Menyapa Negeriku" itu seperti menunggu kamu. Iya, kamu (Eits... nunggu siapa ya? #ingatjomblo). Rasa cemas, senang, dan berbunga-bunga jadi satu. Bagaimana tidak? Jika aku lolos melalui program pemerintah ini, selama lima hari aku bisa berkunjung, menyapa, dan berbagi inspirasi di Aceh. Ya, kota Serambi Mekah itu adalah salah satu daerah di Indonesia yang sangat ingin aku kunjungi.

Entah sejak kapan, aku ingin menginjakkan kaki dan menerlusuri budaya dan mendalami karakter orang-orang yang ada di Tanah Rencong itu. Tapi, coba aku mereka-reka, sepertinya kesukaanku membaca buku sejarah ketika sekolah. Tidak hanya itu, kemudian ditambah baca cerita pendek (kalau tidak keliru) tentang gadis kecil "Moethia" milik Asma Nadia yang membuatku tertarik ingin pergi ke sana. Semoga diijabah oleh Allah Subhanahuwata`ala melalui program pemerintah "Menyapa Negeriku" tahun ini. Aamiin insyaallah

Sejarah mengatakan selain Kutai Kartanegara, Aceh merupakan tempat penyebaran Islam pertama di Indonesia. Maka dari itu, aku yang merupakan seorang muslim ingin sekali ke sana dan mengenal orang-orangnya. Juga, ingin mengenal kuliner di sana, seperti kopi khas Aceh yang melegenda.

Saking ingin ke Aceh, aku hubungi temanku yang menjalankan pengabdian Sarjana Mengajar Daerah Terdepan, Terdalam, dan Tertinggal (SM3T) di Aceh. Dari penuturan temanku itu, di sana menakjubkan. Meskipun sarana dan prasarana yang kurang memadai (seperti di daerah 3T kebanyakan), namun orang-orang di sana ramah-ramah dan sangat menghormati guru.

Selain itu, yang membuatku sedih, ada juga siswa yang bolos sekolah karena membantu Bapak dan Ibu bekerja di ladang. Waaa ironi sekali bukan? Kebanyakan anak sekolah di kota besar pada milih bolos sekolah karena nonton konser atau mogok sekolah karena tidak dibelikan gawai baru. Sedangkan di daerah 3T, anak sekolah bolos karena membantu ibu.

Tapi, aku sangat bangga dengan anak sekolah di daerah 3T dengan kepolosan mereka, aku harap mereka kelak menjadi pemimpin bangsa yang tidak hanya mengedepankan akal semata, tapi juga hati nurani yang menuntun jalan mereka. Salah satu agar iru terwujud adalah dengan adanya seorang yang digugu dan ditiru, seorang guru inspiratif yang mendidik dengan hati. Aamiin insyaallah 

Sampai jumpa Aceh, semoga aku bisa menyapa saudara-saudaraku  melalui "Menyapa Negeriku". Semoga di pengumuman "Menyapa Negeriku" nanti aku adalah salah satu yang berkesempatan menyapa saudara sebangsa dan setanah air Indonesia di Aceh sana. Aamiin insyaallah

Semarang. 18 November 2015

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More