Setiap Anak adalah Juara

...Guru seperti teko yang penuh air, yang menyirami tanaman, bukan menyirami sebuah cangkir....

Hujan dalam Ingatan

...Seperti pertanyaan yang aku titipkan pada hujan sore itu. Apakah kau merindukanku?....

Tiga Bungkus Nasi Kucing untuk Berbuka

...Kebahagiaan berada di dalam hati orang yang mengingatNya....

Kisah Kertas Kebahagiaan

...Let me find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart....

Siapa yang Berdiri di Depan Pintu?

...dan kau tahu makna cinta, masuklah....

Gusti Allah Ora Sare

...Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan....

Thursday, February 11, 2016

Moment in Golden Week

dailyjapan
Minasan pasti pernah mendengar istilah “Golden Week” atau yang bisa diterjemahkan “Minggu Emas” bukan?

Ehem, memang sih sebatas pengetahuan umum Golden Week disebut sebagai “hari liburnya orang Jepang”. Nah, apakah hanya itu?

Ditelusur dari sejarahnya, Golden Week adalah periode di akhir bulan April hingga minggu pertama bulan Mei di Jepang yang memiliki serangkaian hari libur resmi. Sebutan lainnya ialah Ōgata renkyū (大型連休, liburan berturutan skala besar) atau Ōgon shūkan (黄金週間, minggu emas). Periode Golden Week bergantung pada tahunnya, tapi dimulai sekitar 29 April dan berakhir sekitar 5 Mei. Bisa dibilang juga Golden Week adalah musim liburan yang “kebetulan”. Hal ini karena ada empat hari libur nasional dalam periode tersebut dan ditambah dengan hari sabtu dan minggu yang memang hari libur reguler. Selain itu, perusahaan dan industri sering meliburkan para pekerjanya pada tanggal 1 Mei untuk memperingati Hari Buruh (Rōdōsai) meski di Jepang tidak masuk dalam kalender libur nasional.

golden-week/google

Adapun hari libur nasional tersebut yaitu:
1. Tanggal 29 April, Showa Day. Hari untuk memperingati ulang tahun kaisar Showa, yang meninggal tahun 1989.
2. Tanggal 3 Mei, Hari Konstitusi.
3. Tanggal 4 Mei, Greenery Day. Untuk memperingati alam dan lingkungan atau sering disebut dengan hari berkebun, karena kaisar mereka sebelumnya yang memang suka berkebun.
5. Tanggal 5 Mei, hari anak.

Istilah Golden Week merupakan salah satu contoh kosakata bahasa Jepang yang ditulis dan dibaca seperti bahasa Inggris tapi merupakan istilah bahasa Jepang (wasei-eigo). Setelah pemerintah Jepang menetapkan undang-undang hari libur pada tahun 1948, gedung-gedung bioskop kebanjiran penonton yang menghabiskan hari libur di akhir bulan April dan minggu pertama bulan Mei dengan menonton film. Pada waktu itu siaran televisi belum ada dan rakyat senang menghabiskan liburan dengan pergi menonton bioskop, berbelanja di toko serba ada, atau bepergian ke tempat wisata yang dekat-dekat bersama keluarga maupun teman.

Tentu saja, kesempatan yang sangat langka dan hanya terjadi sekali dalam satu tahun ini pantas disambut dengan penuh suka cita dan merupakan hari liburan yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang, mungkin padatnya bisa dibilang hampir sama dengan fenomena libur lebaran di Indonesia karena banyak yang pulang ke kampung halaman laiknya orang Indonesia yang tengah mudik. Pada waktu Golden Week ini, travel dan hotel menjadi full booked, kereta api dan shinkansen dipenuhi dengan penumpang hingga sebagian harus berdiri, dan jalan bebas hambatan menjadi macet. Maka dari itu kebanyakan juga ada yang memilih untuk berlibur ke luar negeri, karena berlibur di dalam negeri tidaklah menjadi lebih murah, bahkan cenderung lebih mahal. Anak-anak muda kelihatannya juga demikian karena apabila setiap Golden Week hanya nongkrong di Shibuya, Harajuku, Shinjuku ataupun Akihabara mungkin sudah terlalu mainstream, hoho.^^

Selain itu, cuaca yang sejuk di waktu Golden Week –karena tidak terlalu dingin dan tidak panas- dimanfaatkan untuk penyelenggaraan matsuri atau festival di berbagai daerah di Jepang, yaitu Naha Hari Festival, Hakata Dontaku, Festival Bunga Hiroshima, Hamamatsu Matsuri, serta Hirosaki Sakura Matsuri. Wah, kebayang banget kan ramenya dan sesaknya Jepang minasan?^^

Hmm hmm, dibandingkan Indonesia yang memiliki banyak waktu liburan serta “hari kejepit” bukankah kita lebih sering memiliki masa rileks di tengah waktu bekerja atau sekolah?

Mengapa kita malah tidak semaju dan secemerlang Jepang yang terkesan “full and crowded” tersebut? Hayo hayo hayo :3

Yuk minasan, let’s thinking and changing for better life! :D

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More