Setiap Anak adalah Juara

...Guru seperti teko yang penuh air, yang menyirami tanaman, bukan menyirami sebuah cangkir....

Hujan dalam Ingatan

...Seperti pertanyaan yang aku titipkan pada hujan sore itu. Apakah kau merindukanku?....

Tiga Bungkus Nasi Kucing untuk Berbuka

...Kebahagiaan berada di dalam hati orang yang mengingatNya....

Kisah Kertas Kebahagiaan

...Let me find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart....

Siapa yang Berdiri di Depan Pintu?

...dan kau tahu makna cinta, masuklah....

Gusti Allah Ora Sare

...Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan....

Friday, November 27, 2015

私の生きがい (Alasan Aku Hidup)

danielnugroho.com
Judul di atas saya ambil dari teks pidato bahasa Jepang milik kakak kelas saya yang tadi pagi dibahas di dalam mata kuliah sakubun atau menulis karangan. Sensei sengaja memberikan teks tersebut karena beliau berkomentar bahwa naskah私の生きがい memiliki isi yang berkualitas juga dianggap sebagai naskah paling bagus yang pernah dibuat oleh anak Unnes. Oke, saya tidak membahas lebih jauh tentang naskah milik siapa atau tentang lomba pidato yang mana tetapi mengenai isi teks tersebut. Ya, alasan mengapa saya hidup.

Kebanyakan orang akan menjawab alasan mengapa mereka hidup adalah orang tua. Namun menurut saya itu kurang pas, sebab orang tua memang wajib adanya sebagai pendamping serta daya juang di dalam hidup kita. Karena pengorbanan tulus mereka, kita menyayangi mereka dan ingin membalas budi mereka selayaknya anak yang berbakti. Jika alasan hidup hanya demi orang tua atau manusia maupun makhluk hidup lain yang berumur pendek, maka jika alasan hidup kita hilang, otomatis kita akan berhenti memikirkan hidup kita ke depannya karena dianggap tidak ada tempat untuk bersandar lagi.

Sedangkan di dalam Islam sangat sederhana, alasan hidup kita adalah mencari ridha Allah serta rahmatan lil alamin. Mudah bukan? Hidup tidak terkesan ribet dan kita bisa fokus memikirkan apa yang akan kita lakukan di hidup yang hanya sekali ini kalau perlu akhirnya tanpa ada penyesalan. Dan yang paling istimewa, Allah tidak tidur jadi tidak perlu takut jika kita terpuruk. Sip?^^

Namun...apa yang bisa kita lakukan demi meraih ridha Allah? Apa yang bisa kita lakukan demi mengimplementasikan Islam rahmatan lil alamin atau yang dikenal sebagai Islam yang menurunkan rahmat bagi seluruh umat manusia?

Inilah yang menjadi pekerjaan rumah untuk tugas mengarang saya. Sensei dengan tegas menyatakan bahwa hidup itu tidak bermakna apabila kita tidak bisa melakukan hal untuk kebaikan dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Seperti yang sudah diungkapkan HR Thabrani bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Namun...apa ya? Hal kecil namun bermakna?

Karena Sensei melihat wajah cengar-cengir dan mesam-mesem kami –khususnya saya yang duduk tepat di hadapan beliau- akhirnya Sensei menuturkan sedikit hal tersebut. Beliau menceritakan sedikit pengalamannya ketika menempuh pendidikan di Negeri Sakura, di mana masyarakat Jepang memiliki budaya berterima kasih. Sekecil apa pun usaha itu, mereka menghargainya dengan baik. Sensei juga bercerita bahwa kegiatan konkret ini beliau terapkan di sebuah sekolah dasar Islam wilayah Ungaran. Hal tersebut dituangkan ke dalam Post It. Semacam mading kecil yang akan ditempeli kertas-kertas yang ditulis oleh siswa sekolah dasar tersebut dengan isi mengucapkan terima kasih. Betul-betul hal yang kecil dan sayangnya tidak disadari oleh orang kebanyakan. Misalnya “terima kasih mau menjadi teman sekelompokku”, “terima kasih sudah meminjamkan penghapus”, banyak bukan? Hal-hal kecil yang apabila kita mempedulikannya akan bermanfaat serta mengeratkan ukhuwah Islamiyah?

Nah, dari sini kita sudah terpahamkan bahwa alasan kita hidup dapat diwujudkan dengan peduli pada sesama bukan? Tetapi...hal yang lain apa ya? Apa karena hati kita sudah terlampau kering kerontang? Apakah jiwa kita sudah tak mampu peka dengan kepedulian dan rasa sayang hingga hanya mengutamakan diri sendiri dengan sikap hedonisme?

Sebagai muslimah, alasan hidup saya adalah berdakwah lewat tulisan, menyadarkan umat bahwa ada cinta dan kasih sayang abadi yang tak lekang oleh waktu dan senantiasa akan membuat kita semakin kuat yaitu Allah semata. Selain itu, saya juga ingin menjadi guru yang juga mengajarkan serta menerapkan pendidikan karakter agar generasi muda Indonesia juga bisa mengerti apa makna hidup ini. Seperti sabda Rasul yang mengatakan bahwa wanita adalah tiang negara, apabila baik wanita maka baiklah negara, apabila rusak negara maka rusaklah negara. Sudah jelas bukan bahwa manusia tinggal di Bumi memiliki misi tersendiri dalam hidupnya? Mengapa masih bingung harus melakukan apa toh Sang Pengatur sudah menunjukkan jalannya pada kita semua^^

Sekian dari opini saya kali ini, adakah yang mau memberi komentar atau tambahan lain mengenai “alasan mengapa saya hidup?”

Yup, semoga bermanfaat! :D

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More