Satu tahun terakhir aku bertekad untuk hidup sehat. Insyaallah. Meski belum bisa lari sore atau pagi, namun sebangun tidur, aku meminum air putih satu gelas besar. Menurut tips kesehatan yang aku baca di internet (bukan buku he), meminum air putih di pagi hari selepas tidur dapat memperlancar pencernaan dan peredaran darah. Tidak hanya itu, racun-racun dalam lambung dapat terkuras. Aku percaya, dan memang mengalami perubahan ketahanan tubuh yang lebih baik. Alhamdulillah....
Memulai kebiasaan baru kadang berat, tapi memang perlu usaha karena untuk hal yang lebih baik kenapa tidak? Maksudku,kesehatan merupakan hal penting agar kita bisa menjaga orang-orang yang kita sayang, bukan? Aku mulai kurangi minum kopi, bukan karena kopi itu tidak baik. Namun, untuk diriku, jika terlalu banyak kopi membuat perut menjadi perih.
Sampai sekarang sesekali aku minum kopi, namun hanya sesekali. Kuganti dengan minum teh hijau yang aku beli langsung dari Wonosobo (salah satu derah penghasil teh terbaik di Jawa Tengah).Teh mengandung anti oksidan yang bagus juga untuk peredaran darah dan mencegah penuaan dini (Bagi sebagian besar orang Jepang dan Tiongkok minum teh sudah menjadi kebiasaan sehari-hari).
Tidak hanya itu, aku membeli kapsul habbatussauda (jintan hitam) dan juga kadang minyak zaitun. Itu aku lakukan atas mengikuti sunnah nabi, tibbunnabawi, pengobatan ala Nabi Saw. Ribuan tahun lalu, tidak hanya madu, jintan hitam dan minyak zaitun sudah menjadi obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Kos mulai ramai. Ada serombongan ibu-ibu PKK berkumpul di rumah Budhe (tempatku tinggal di Semarang selama ini). "Budhe njaluk tulung, tempene engko digoreng yo? (Tolong nanti tempe ini digoreng ya?)" pinta Budhe padaku. Selama ini aku tidak banyak membantu Budhe, sebaliknya Budhe yang membantu banyak padaku. Salah satunya aku kenyang setiap pagi. he
Kugoreng tempe mendoan satu per satu. Rombongan ibu-ibu PKK sudah berkumpul. Aku baru sadar sejak aku selesai KKN dua tahun lalu, aku jarang sekali melihat perkumpulan ibu-ibu. Ibu yang membawa buku batik ijo itu barang kali Ibu RT atau Ibu Ketua PKK, atau juga barangkali sekretarisnya. Aku yang mengamati dari dapur tak begitu paham satu satu. Namun, yang jelas perkumpulan yang tak lebih dihadiri oleh 25 orang itu mengesankanku.
Aku sebagai perempuan barang kali belum tentu bisa seperti itu. Mereka ibu-ibu, meskipun barangkali setiap hari sibuk bekerja di dapur, atau juga wirausaha seperti Budhe masih menyempatkan waktu untuk berkumpul membahas hal-hal yang ada di sekitar mereka.
Jika aku sudah berkeluarga nanti, aku ingin menjadi ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang juga berguna untuk masyarakat. Selain menulis lepas, aku membangun peradaban dari lini terkecil, keluarga. Sembari berkontribusi untuk desa melalui bidang pendidikan yaitu mengurus rumah belajar bersama sahabat-sahabat di desaku (Mbak Vera, Mas Hindra, Marifah). Semoga barokah dan diberi istiqomah.
"Nduk, angger wis mateng engko mendoane ditata neng piring iki yo?" kata Budhe menunjukkan piring.
"Ng... nggih, Budhe," jawabku sedikit terkejut tersadar dari lamunanku yang sebentar.
Seperti jejak mentari, membekas dalam wujud pohon yang menghijau, buah yang segar, bunga yang mekar. Seperti jejak mentari, hangatnya dirindu setiap pagi. Assalamu`alaikum mentari,untukmu, untuk kalian perempuan yang Insyaallah akan mengisi dunia dengan segala inspirasi.
Semarang, Sabtu 10 Januari 2015
0 comments:
Post a Comment