Setiap Anak adalah Juara

...Guru seperti teko yang penuh air, yang menyirami tanaman, bukan menyirami sebuah cangkir....

Hujan dalam Ingatan

...Seperti pertanyaan yang aku titipkan pada hujan sore itu. Apakah kau merindukanku?....

Tiga Bungkus Nasi Kucing untuk Berbuka

...Kebahagiaan berada di dalam hati orang yang mengingatNya....

Kisah Kertas Kebahagiaan

...Let me find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart....

Siapa yang Berdiri di Depan Pintu?

...dan kau tahu makna cinta, masuklah....

Gusti Allah Ora Sare

...Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan....

Saturday, October 24, 2015

Kamu Mahasiswa Unnes? Coba Tebak, Berapa Ongkos Naik Angkot Unnes-Simpang Lima?

Perjalanan Simpang Lima Semarang
sumber foto klik di sini
Apa yang kamu lakukan jika sedang penat? Jika aku ditanya demikian, akan kujawab: selain membaca (cerpen, novel, atau apa saja yang menarik untuk aku baca-kadang baca status FB orang juga), aku akan keluar kamar dan pergi ke tempat yang menarik. Misalnya saja, pada hari Rabu yang panas kemarin memutuskan untuk membeli buku di toko buku daerah Simpang Lima.

Pergi ke toko buku menjadi hal yang menarik bagiku, karena di sana aku bisa membaca buku-buku baru secara gratis. hehe Tidak hanya pergi ke tempat menarik, ketika penat melanda aku akan mencoba hal-hal yang belum pernah aku lakukan. Misalnya saja, aku mahasiswa yang diberi fasilitas motor oleh orang tua terbiasa bepergian naik motor, namun mencoba pergi ke toko buku di daerah Simpang Lima naik moda transportasi umum yang ternyata asyik juga.

Ini terbilang hal menarik bagiku, karena enam setengah tahun di Semarang (jadi kuberitahu kalau aku adalah mahasiswa tua di Universitas Negeri Semarang-Unnes), belum pernah sekalipun pergi-pulang Unnes-Simpang Lima menggunakan moda tarnsportasi umum seperti angkot . Maka pada hari merindu hujan di pekan terakhir Oktober ini (sudah tidak sedikit sumur telah kering di daerah Unnes yang notabene daerah resapan air di Semarang lho) kuberjalan 200 meter dari kos menuju jalan raya, kemudian berdiri di pinggir jalan, menunggu moda transportasi bukan taksi, apalagi jemputan "doi", tapi Bapak Supir Angkot sedang kunanti.

Perjalanan naik angkot dimulai. Pak Sopir  menjalankan angkot berwarna hijau dan kuning tua itu pelan. Dalam angkot ada  ibu-ibu di sampingku, juga seorang ibu penjual  memegangi setumpuk aneka kudapan yang mau ia jajakan duduk di depanku, bapak-bapak dengan seorang anak kira-kira berusia 5 tahun, dan seorang pria remaja duduk manis di sebelah sopir. 

Setelah berjalan beberapa menit, Pak Sopir menengok ke setiap gang yang ada di Sekaran-Banaran, siapa tahu ada calon penumpang yang menunggu. Pak Sopir tidak perlu tergesa-gera menancapkan gas karena angkotnya belum penuh. Kejar setoran istilahnya. Tidak dipungkiri, penumpang angkot kian menyusut dibandingkan dengan pengguna motor yang kian naik. Hal itu mempengarui pendapatannya sebagai supir angkot.

"Kalau begini, ini angkot mau jam berapa nyampe tempat tujuan?" tanyaku dalam hati.

Aku yang buta peta alur trayek angkot bertanya dengan ibu yang duduk di sebelahku. Tenyata hanya cukup dua kali naik angkot aku bisa sampai di Simpang Lima.

"Iki mudun neng Jembatan wesi. Terus numpak angkot meneh. Melu aku wae Mbak, aku arep neng Johar. Engko nglewati Simpang Lima," saran seorang ibu yang mau belanja ke Pasar yang beberapa bulan lalu kebakaran itu.
Sumber foto klik di sini
Jarak dan Waktu Tempuh Unnes-Simpang Lima

Kutanggukkan kepala tanda setuju saran ibu tadi. Sementara angkot masih berjalan pelan. Dari awal, aku memang sudah menaruh prasangka buruk dengan angkot. Angkot yang lamban, angkot yang panas, angkot yang suka berhenti mendadak. Namun, ternyata.... Jam menunjukkan pukul 9.30 sampai di Jembatan Besi. Ternyata, hanya butuh waktu 20 menit saja dari gang kosku (Patemon) sampai jembatan besi (itu juga sudah ditambah waktu sedikit tersendat karena perbaikan jalan di Trangkil).

Setelah sampai Jembatan Besi, angkot selanjutnya aku tumpangi. Angkot ngetem sebentar, kemudian melaju menuju Simpang Lima. Aku melewati Jalan Kaligarang, Karyadi, kemudian Kyai Saleh, Pandanaran, dan sampailah di tempat tujuan Simpang Lima. Dan yang mengejutkan, dari jembatan besi hanya butuh kurang lebih 30 menit saja, aku sudah sampai di Simpang Lima.

Jadi, total perjalananku dari Patemon (Unnes) sampai Simpang Lima kurang lebih hanya menempuh waktu kurang lebih 55 menit. Menurutku waktu tempuh ini tidak terlalu jauh selisihnya dengan ketika aku mengendarai motor menuju Simpang Lima. Melewati Gajah Mungkur, waktu tempuh kurang lebih 35 menit. Selisih 20 menit tidak menjadi masalah bagiku karena di dalam angkot, aku bisa bertemu dan berbincang dengan orang baru.

Lalu, berapa ongkos  dari Unnes menuju ke Simpang Lima? Tidak banyak. Tenang saja, insyaallah tidak membuat kantong kita kering. Ongkos dari Patemon sampai Jembatan Besi Rp 4000 sedangkan Jembatan Besi-Simpang Lima juga Rp 4000. Begitu juga sebaliknya, jadi pergi-pulang Unnes-Simpang Lima membutuhkan ongkos jalan Rp 16.000.

Coba kita bandingkan dengan ongkos jalan Unnes-Simpang Lima menggunakan sepeda motor. Pergi-pulang Unnes-Simpang Lima kita memang hanya perlu satu kali mengisi bensin di Pom Bensin minimal Rp 10.000 (kecuali kalau ngecer literan bisa lebih murah). Namun, tidak hanya uang bensin, kita juga perlu bayar parkir Rp 2000. Belum lagi kalau kita berlama-lama di sana. Tambah biaya parkir per jam misal yang harusnya Rp 2000 tapi karena berlama-lama di kawasan Simpang Lima (baik ke toko buku atau pusat perbelanjaan lainnya) ongkos jasa parkir jadi Rp 3000/sekali parkir. Jadi, selisih ongkos naik angkot dengan naik sepeda kira-kira Rp 7000.

Menurutku ada sisi baik dan tidak di antara keduanya. Setidaknya aku sudah mencoba naik angkot. Ternyata seru juga. Salah satu serunya adalah jalan kaki di sekitar kawasan Simpang Lima dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Terasa seperti turis asing di negara sendiri begitu (terasa asing dalam arti sebenarnya sih, karena jarang ketemu orang jalan kaki di trotoar apalagi panas-panasan). Nah, cuaca panas seperti pada musim kemarau dan El-Nino panjang seperti ini, aku pikir perlu bawa payung untuk melindungi diriku dari sinar UV (Ultra Violet) saat jalan kali. Cara ini salah satunya aku adaptasi dari dosen bahasa Jepangku dan teman-teman warga negara asingku yang suka pakai payung di siang hari meski tidak hujan.

Payung pun aku pakai sambil berdiri di trotoar menunggu angkot datang. Namun, bukan terlindungi dari panas, tapi angin yang cukup kencang berhembus membuat payungku terlipat ke belakang. hehehe Cepat-cepat aku perbaiki dan melipat payung tadi. hehe 

Begitulah celoteh tentang perjalanan tunggal (alone trip) yang aku bagi untuk kamu. Sila pilih mana untuk berjalan-jalan ria ke Simpang Lima. Yang penting apapun moda transportasi yang kamu gunakan untuk melakukan perjalanan, selalu ingat ketenangan jiwa bermula dari kesyukuran. Selamat jalan-jalan!

Wednesday, October 21, 2015

Disiplin Waktu Seperti Orang Jepang? Tentu Saja Bisa!

sumber: google.com

Ciri-ciri waktu antara lain tidak bisa disewa, dipinjam, atau dibeli. Waktu juga tidak bisa berubah, tidak bisa dikumpulkan, jua tidak ada penggantinya. Orang sering mengatakan bahwa waktu itu terus membabat habis kesempatan di dalam hidup kita tanpa tersisa. Tahu-tahu kita terkena dampak besar ketika sudah berlalu dengan cepatnya. Apakah itu yang kita inginkan di dalam hidup kita yang amat singkat seperti ‘numpang minum’ ini?

Tentu saja tidak, kita harus disiplin mengenai manajemen waktu lho. Tapi sebelum dapat mengaturnya dengan baik, kita juga harus tahu siapa sajakah ‘perampok waktu’ itu.
1.Penundaan
2.Telepon
3.Televisi
4.Tamu tidak diundang
5.Pertemuan
6.Kurangnya pengelolaan rencana harian
7.Melakukan sesuatu secara emosional
8.Tidak bisa mengatakan tidak
9.Kebiasaan hidup yang tidak baik

Nah, bagaimana teman-teman? Sudah bisakah kita menghitung waktu yang telah terbuang percuma di hidup ini tanpa bisa memanfaatkannya? Duh, awalnya hanya bisa elus dada nih, hihi.
Yang harus kita lakukan selanjutnya adalah mengoptimalkan segala kegiatan kita dengan ‘diberi porsi’ yang tepat. Tentu yang saya angkat di sini adalah mengenai kedisiplinan orang Jepang yang sangat menghargai waktu. Contoh sederhananya terlihat jelas pada ketepatan waktu kereta Jepang berangkat. Meskipun belum saya buktikan secara langsung dengan pergi ke Jepang, namun melalui video Japan's Trains- Always on Time! 時刻表通(じこくひょうどお)りに来(く)る日本(にほん)の電車(でんしゃ) (jikokuhyoudoori ni kuru nihon no densha) 1OMOTENASHI, sang pengamat bernama Steve memaparkan bahwa Tokyo yang notabene kota metropolitan yang sibuk namun kereta dan bus di kota itu selalu datang tepat waktu sesuai jadwal keberangkatan. Bahkan shinkansen atau kereta peluru yang terkenal paling cepat di Jepang pun datang tepat dalam 0,1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Selain cepat, keamanannya pun juga terjamin. Karena pengaruh dari budaya pula, mereka dengan setia mengantri dengan rapi di belakang garis kuning –batas keamanan- sampai kereta datang di depan mereka. Tetapi ia menyayangkan bahwa di Amerika banyak transportasi yang pengoperasiannya tidak tepat waktu. Dan di Indonesia pun sama, bahkan bus terkesan ugal-ugalan saat menjelang pagi dan tengah malam karena mengejar waktu bukannya tepat waktu.  Memiliki sistem yang sangat hebat seperti ini adalah contoh dari omotenashi atau jantung keramah-tamahan Jepang. Menakjubkan bukan? Selain itu, orang Jepang juga terbiasa membawa techou atau buku catatan kecil ke manapun mereka pergi karena sangat penting untuk mencatat jadwal pertemuan atau aktivitas pribadi agar tidak lupa maupun terlambat datang ke kegiatan tersebut. Sangat efisien karena kita bisa mengatur dan mengoptimalkan dengan baik waktu kita dan tidak menyia-nyiakannya dengan kegiatan yang kurang bermanfaat.

Sebagai muslim pun kita juga punya ‘rambu-rambu’ dalam mengelola waktu kita dalam melakukan sebuah hal atau kegiatan. Dalam rangka memprioritaskan waktu sebagai amalan kita juga lho. Ini dia:
1.Jika wajib, harus dilaksanakan
2.Jika sunah, diupayakan
3.Jika mubah, lakukan yang paling bermanfaat
4.Jika makruh, lebih baik dihindari
5.Jika haram, tentu saja ditinggalkan

Sudah jelas kan teman-teman? Orang Jepang yang mayoritas bukan beragama Islam saja sudah bisa mengatur waktunya dengan baik apalagi kita yang alhamdulillah sudah Islam sejak lahir?^^

Saya harap ke depannya Indonesia mampu mencontoh budaya serta teknologi dari manapun yang baik untuk diterapkan di negeri tercinta ini. Tidak hanya itu, tapi juga dibungkus dengan karkater Islam yang baik demi kehidupan di akhirat kita kelak. Eits, pertanggung jawaban waktu yang kita habiskan di dunia juga bakal ditanyain lho nanti, hihi.

Yosh! Minna ganbatte kudasai! :D

* jikokuhyoudoori ni kuru nihon no densha: jadwal kedatangan kereta di Jepang

Monday, October 12, 2015

Menemukan Makanan Halal di Jepang? Mudah Kok

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Mu’minuuun 23:51)

Berdasarkan dalil di atas, tidak hanya rasul, pemeluk agama Islam juga harus melaksanakan kewajiban agama atau dalam bahasa Jepang disebut “Shuukyou tekina gimu” (宗教的な義務). Karenanya di manapun kita berada, sedang bertamasya atau melanjutkan pendidikan, kita harus memperhatikan betul kejelasan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita. Sebab output itu tergantung pada input. Tapi jangan khawatir, jika sedang berada di Jepang dan ingin memuaskan perut dan lidah, aku akan share info tempat makanan halal di Jepang.^^

1. Hanasakaji-San
sumber: google.com
Terletak di bilangan Shibuya dan jaraknya sekitar 350 meter atau lima menit berjalan kaki dari Stasiun Shibuya. Restoran ini juga memasang label we serve halal food di pintu kaca. Memang tidak terdapat papan nama besar sehingga kita perlu jeli mencari nama restoran dalam huruf romawi di pintu kaca itu. Ragam menu halal yang ditawarkan cukup bervariasi. Sebagai pembuka, tiram segar yang diberi perasan jeruk lemon terasa sedap. Untuk makan beramai-ramai, satu set oden complete is great choice. Ada pula hidangan telur goreng atau tamagoyaki khas Jepang. Kemudian ada juga aneka gorengan hati dan daging ayam. Ramen halal dengan kuah merah yang tak terlalu pedas menjadi hidangan yang memuaskan lidah dan perut. Alamatnya di Sakura Building B1, 3-22, Sakuragaoka. Shibuya-ku, Tokyo. Telepon +81-3-3496-7777.

2. Sekai Café 
sumber: google.com

Café dengan menu makanan fushion ini berada di daerah Asakusa, dekat Senso-ji dan Kuil Asakusa. Dari kuil jaraknya sekitar 500 meter atau 10 menit berjalan kaki. Untuk kaum muslim, Sekai Café menyediakan daging selain babi dan alkohol. Vegetarian juga dapat menikmati makanan dari sayuran, bahkan gula yang digunakan di Café ini berasal dari tanaman. Beragam hidangan utama dengan harga ¥ 1000 disajikan di restoran tersebut. Mulai dari pizza, sayuran, salad, yakisoba, daging kambing hingga kare. Alamatnya di 1-18-8 Asakusa, Taito-ku, Tokyo. Telepon +81-3-6802-7300.

3. Gyumon
sumber: google.com
Tempat makan yakiniku halal ini cukup dekat dari Stasiun Shibuya yaitu sekitar 10 menit berjalan kaki dari sana. Letaknya di sebuah gang kecil samping sebuah gedung di perempatan besar. Karena itu, kedai yakiniku ini boleh dibilang cukup sulit ditemukan. Agat tidak tersesat, bisa menggunakan GPS lewat smartphone. Kedai kecil ini hanya memiiki dua meja dengan tempat duduk dan satu meja untuk duduk lesehan. Dengan kapasitas tempat duduk terbatas ini, di jam-jam makan terpaksa ada pelanggan yang harus menunggu pelanggan yang lebih dulu datang selesai makan. Paket menu yakiniku ini terdiri dari nasi, daging halal, sayuran, salad, dan minuman jus. Harganya lumayan mahal yaitu ¥ 4000 (lebih dari 400 ribu rupiah). Alamatnya di Chome-14-5 Shibuya, Shibuya-ku, Tokyo. Telepon +81-3-5469-2911.

4. Abankurest Itabashi Bulilding, 1-13-10, Itabashi, Itabashi-ku, Tokyo 173-0004. Telepon: 03-5943-5661. E-mail: baticromfood@yahoo.co.jp. Online shopping: http://baticrom.com.

5. Baharia (Erhan Candas) 2F, Hokuto Honsha Building, Yoyogi 2-14-3, Shibuya-ku, Tokyo 151-0053. Telepon: 03-3320-0340 (Closed on Thursday). E-mail: baharia@baharu.com. Online shopping: baharu.com.

6. Fuji Store/Halal Food Shop (Skumi & Widya). 2F, 2-9-15, Hyakunincho, Shinjuku-ku, Tokyo 169-0073. Telepon: 03-3366-8480.

Cukup sekian untuk info kali ini yang baru membahas restoran di sekitar Tokyo, insyaAllah jika penulis sudah mengunjungi Jepang pasti aku akan share lebih banyak dan lebih banyak lagi, doakan ya, hihi, aamiin. Semoga bermanfaat.

Sumber:
Rozabi, Izzur. 2014. Cahaya Allah di Negeri Sakura. Jogja: Diva Press.
Koran HaloJepang! Edisi Juli 2015/III.

Tuesday, October 6, 2015

Ow Ternyata Seperti Ini Kebiasaan Orang Jepang Agar Bisa Panjang Umur



Lihat kendaraaan kita, lihat juga alat-alat elektronik kita, perhatikan barang-barang tadi buatan negara mana? Kamu akan jawab buatan negara Tiongkok, Perancis, Jerman, Amerika, dan tidak ketinggalan atau kebanyakan dari kalian menjawab buatan Jepang. (Semoga Indonesia juga segera menyusul membuat barang otomotif dan elektronik buatan dalam negeri sendiri secara massal aamiin insyaallah)

Ya, negara Jepang terkenal dengan industrinya. Namun, jangan salah meskipun industri negara samurai ini maju, rakyat Jepang dikenal dengan panjang umur. Kok bisa? Iya, rata-rata rakyat Jepang suka dengan gaya hidup sehat dan alami. Seperti makan ikan, rumput laut, dan teh hijau. Ternyata, penelitian mengungkapkan makanan itu membuat rakyat Jepang lebih sehat dan terhindar penyakit berbahaya seperti kanker atau penyakit hati.

Masih menurut penelitian, rakyat Jepang memiliki harapan hidup hingga 84,19 tahun. Perempuan Jepang bisa hidup hingga rata-rata 86 tahun sedangkan laki-laki hingga 82 tahun. Bahkan yang aku ketahui, perempuan tertua di dunia yang masih hidup (berita ini yang terakhir aku baca) berasal dari Jepang. Perempuan itu bernama Misao Okawa, yang pada Maret nanti akan memasuki usia 117 tahun.

Sebagai negara industri, Jepang memiliki tingkat polusi udara cukup tinggi, mereka juga rentan terkena stres dan hobi merokok serta minum minuman keras. Lalu kenapa orang Jepang banyak yang panjang umur? Rahasianya ada pada diet mereka. Jika kamu ingin sehat sampai tua, maka tidak ada salahnya jika meniru cara makan orang Jepang yang akan kita ulas berikut ini.

1. Kontrol Makan
Orang-orang di wilayah Nanago dan Okinawa rata-rata memiliki harapan hidup paling tinggi di Jepang. Ternyata orang-orang di dua daerah ini memiliki prinsip; berhenti makan sebelum kenyang. Wah seperti sabda Nabi kita kan? Berhentilah makan sebelum kenyang.

2. Makan Perlahan
Para ahli percaya, dibutuhkan waktu 20 menit untuk otak mencerna sinyal bahwa seseorang sudah kenyang. Maka ketika orang makan terlalu cepat, tubuh tidak punya cukup waktu untuk mengirimkan sinyal kenyang ke otak. Sehingga kamu akan terus makan sampai habis dan mengonsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan.

3. Makan di Piring Kecil
Makanan Jepang umumnya disajikan dalam perangkat makan berukuran kecil, misalnya piring, mangkok serta gelas. Dengan cara ini, kamu akan mengonsumsi lebih sedikit kalori dan asupan makan lebih terkontrol. Namun, fakta di Indonesiai khususnya aku, tidak terbiasa makan dengan piring kecil bukan? Lha aku kan lebih sering makan pakai tangan. Kalau piring kecil cocok untuk makan pakai sumpit seperti di Jepang. Jadi bukan piringnya yang dikecilkan, tapi bagaimana untuk tidak mengambil nasi dan lauk kebanyakan. :)

4. Banyak Makan Sayuran
Selain berbagai jenis sayuran, orang Jepang juga suka makan biji-bijian. Mereka makan sayuran yang tumbuh di tanah maupun laut. Rumput laut merupakan salah satu tanaman yang banyak mereka konsumsi. Keunggulan dari tanaman laut adalah rendah kalori, tinggi serat dan kaya akan mineral. Rumput laut misalnya, mengandung banyak iodin, protein, vitamin A, C dan B12.

5. Makan Ikan
Bahkan seperti dikutip dari Health Me Up, rakyat Jepang rata-rata mengonsumsi ikan 80 hingga 100 gram per hari. Orang tua bilang, makan ikan biar pintar. Benar, karena kandungan Omega-3 pada ikan baik menjaga kesehatan otak. Tidak hanya itu, lemak tak jenuh ganda ini juga menjaga kesehatan jantung serta kecantikan kulit. Ikan juga mengandung DHA, EPA dan PUFA. Tiga nutrisi ini berkhasiat meningkatkan kemampuan kognitif, mengurangi risiko radang sendi, menjaga kesehatan mental, membantu perkembangan motorik pada anak dan mencegah berbagai penyakit seperti serangan jantung dan kanker. Jadi, makan ikan baik untuk kesehatan bukan?

6. Konsumsi Kedelai
Orang Jepang senang makan tofu (tahu), makan kudapan edamame dan banyak menggunakan soyu (bumbu terbuat dari fermentasi kedelai) dalam pembuatan masakannya. Jika dikonsumsi dalam jumlah cukup, kedelai merupakan sumber protein yang lebih sehat ketimbang daging merah karena hanya mengandung sedikit lemak jenuh. Asalkan tidak berlebihan, konsumsi makanan olahan kedelai membantu mencegah kanker payudara dan penyakit jantung.

7. Minum Teh Hijau
Ini salah satu kesukaanku (walaupun susah mencari teh hijau di sekitarku, kalau ada yang tahu di mana bisa dapat teh hijau tolong kasih tahu aku ya? Terima kasih) Orang Jepang punya kebiasaan minum teh hijau yang baik untuk kesehatan. Teh hijau memiliki banyak khasiat, terutama mencegah perkembangan sel kanker berkat kandungan antioksidan yang tinggi. Salah satu jenis antioksidan yang terkandung dalam teh hijau, polifenol, bisa melawan radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini dan pembentukan sel tubuh abnormal.

Begitulah kebiasaan orang Jepang agar bisa umur panjang. Meskipun aku belum bisa melakukan semuanya, tapi apa yang dilakukan orang Jepang dalam hal menjaga kesehatan bisa ditiru sedikit demi sedikit. Selamat Mencoba....

Tulisan ini dinukil dari sapujagad.com dengan sedikit pengubahan.


Friday, October 2, 2015

Duhai Para (Calon) Suami...

Kata siapa menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mulia? Duhai para (calon) suami, istri seperti apa yang kau dambakan? Kewajiban apa yang harus kau lakukan? Cukupkah hanya memberi nafkah? Sudahkah kau ucapkan terima kasih pada istrimu: terima kasih telah menjaga anak-anak kita. Terima kasih telah mempersiapkan kebutuhanku. Terima kasih telah bekerja keras mengurus rumah.

Kali ini akan aku tulis tentang sebuah buku yang bercerita tentang salah satu kehidupan keluarga berjudul Luka Cinta Andrea. True story. Kisah nyata sebuah kasus psikologi ekstrem ibu yg membunuh kelima anaknya.

Andrea Yates membunuh kelima orang anaknya, Noah (7 tahun), John (5 tahun), Paul (3 tahun), Luke (2 tahun), dan Mary (6 bulan) dengan cara menenggelamkan di bath tub. Na`udzubillah

Ada banyak faktor yang menyebabkan Andrea melakukan hal tersebut. Disini saya hanya ingin menyoroti peran suami Andrea dalam keluarga.

Rusty, suami Andrea seorang workaholik. Sangat sibuk dengan pekerjaannya, dan jarang membantu pekerjaan rumah tangga. Keluarga mereka tidak memiliki pembantu, sehingga Andrea merawat anak-anaknya dan melakukan semua pekerjaan rumah tangga sendirian.

Andrea dan Rusty sepakat ingin memiliki anak lebih dari dua. Mereka memiliki lima orang anak. Dan Andrea mengalami sindrom baby blues. 90% wanita yang melahirkan mengalami baby blues syndrome tapi hanya di bawah 10% yang sadar mengalami sindrom tersebut.

Melahirkan, bagi banyak ibu, adalah proses yang traumatik. Belum lagi saat-saat mengasuh bayi baru lahir, sungguh menguras fisik dan emosi. Para ahli berpendapat bahwa sindrom baby blues adalah penyakit yang dianggap wajar, tetapi bila diabaikan begitu saja, tak sederhana dampaknya, mampu merenggut naluri keibuan. Baby blues ini dipengaruhi oleh perubahan hormon estrogen di dalam tubuh seorang ibu, yang meningkat usai melahirkan. Untuk menghindari dampak buruk sindrom baby blues adalah perlunya pendampingan terhadap ibu baru melahirkan oleh suami atau keluarga dekatnya.

Andrea mengalami sindrom baby blues. Ia memiliki perasaan membenci bayi yang baru dilahirkannya, karena kondisi trauma saat melahirkan dan pengalaman awal mengasuh bayi. Selanjutnya tekanan yang dialami Andrea semakin besar dengan kelahiran anak berikutnya. Mengasuh bayi yang baru lahir dan juga ke 4 anak balitanya. Itu semua ia lakukan sendirian.

Tekanan yang dihadapi seorang ibu rumah tangga menurut saya lebih besar dibandingkan tekanan di dunia pekerjaan. Ada banyak hal yang tidak bisa kita prediksi ketika mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang sepertinya tidak kunjung selesai.

Seorang sahabat Andrea berkata, "Andrea benar-benar kesepian. Dialah yang bertanggung jawab atas semua anak-anaknya dan hanya dia sendiri yang mengurusi mereka. Anda bisa saja membelikan rumah untuk seseorang, tapi jika anda tidak bisa mengisi rumah itu dengan cinta, semuanya hanya akan menjadi kuburan. Sayang, sungguh hanya akan jadi kuburan..."

Sesungguhnya banyak Andrea lain di sekeliling kita. Banyak sosok Rusty di sekeliling kita. Suami yang jarang di rumah, suami yang jarang mau mendengarkan cerita remeh-temeh istrinya, suami yang jarang membantu pekerjaan rumah tangga, suami yang mendekati hanya untuk pemenuhan hasratnya saja dan jarang menyapa relung hati terdalam istrinya.

Ya, anak laki-laki ternyata sejak kecil memang tidak disiapkan untuk menjadi kepala keluarga yang baik, ada kesalahan pola asuh anak laki-laki yang dilakukan orangtua.

Menurut Psikolog Rose Mini, laki-laki yang kurang menghargai perempuan atau pelaku kekerasan umumnya didasari oleh pendidikan atau asuhan orangtua yang kurang baik saat ia kecil. Seharusnya orangtua lebih fokus membentuk anak laki-laki yang bertanggung jawab, peduli, dan penuh kasih sayang. Namun, yang terjadi di masyarakat, metode pengasuhan seperti itu jarang diajarkan orangtua.

Mungkin saya terlalu menyederhanakan kasus Andrea, tapi saya melihat suami memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental istrinya. Perhatian dari suami, pujian dari suami dan mau berbagi mengerjakan pekerjaan rumah tangga dapat melenyapkan lelah dan penat seharian berkutat di rumah.

Duhai para suami,

Luangkanlah waktumu sejenak untuk mendengar keluh kesah istrimu. Sesungguhnya ia hanya ingin didengarkan.

Luangkanlah waktumu sejenak untuk sekedar membantu istrimu. Membantu membilas piring kotor, menjaga anak, dsb sungguh dapat membuat cinta istri bertambah berlipat-lipat. Cobalah tengok istrimu, kecup keningnya. Ucapkan terima kasih yang tulus padanya.

"Terima kasih, istriku tercinta...."

Disadur dari Facebook Britania Sari dengan sedikit perubahan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More