https://id.pngtree.com/ |
Setidaknya, aku baca-baca artikel pra-nikah melalui Daring dulu. Berikut ini sari dari artikel tentang cara jadi kelurga muslim bahagia yang aku baca. Dalam artikel tersebut, ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam upaya menumbuhkan keluarga bahagia menurut ajaran Islam dengan mengenal ciri-ciri dan cara-cara rumah tangga yang islami, di antaranya:
1.Didirikan atas dasar ibadah
Rumah tangga didirikan dalam rangka ibadah kepada Allah, dari proses pemilihan jodoh, pernikahan (akad nikah, walimah) sampai membina rumah tangga. Sebagaimana tugas kita di muka bumi ini yang hanya untuk mengabdi/beribadah kepada Allah, maka pernikahan ini pun harus diniatkan dalam rangka tersebut.
2.Terjadi internalisasi nilai Islam secara kaffah (menyeluruh)
Suami bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan keislaman dari istri, dan bersama menyusun program pendidikan anaknya. Tolong-menolong dan mengingatkan dalam beribadah.
Sabda Rasulullah saw: “Semoga Alloh merahmati suami yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula istrinya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati istri yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula suaminya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah).
3.Terdapat keteladanan (qudwah)
Suami istri biasa belajar melakukan apa disunnahkan agama dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, setiap hendak keluar atau masuk rumah anggota keluarga membiasakan mengucapkan salam dan mencium tangan. Membiasakan mengajak anak-anak menegakkan shalat diawal waktu.
4.Tercukupinya kebutuhan materi secara wajar
Suami harus membiayai kelangsungan kebutuhan materi keluarganya sesuai kemampuannya, karena itu merupakan salah satu tugas utamanya. Namun istri tidak boleh menuntut lebih dari pendapatan halal sebatas kemampuan sang suami.
Firman Allah Subhanahuwata`ala: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.” (QS al-Baqarah 233)
5.Terciptanya hubungan saling pengertian
Keluarga muslim bahagia terdapat seorang suami yang sabar. Tidak boleh terlalu keras ataupun berlebihan kepada istri dalam menegur dan meluruskan yang salah, karena itu berarti membengkokkannya.
Rasulullah Shalallahu`alaihiwasaalam bersabda: “Nasehatilah wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok dari rusuk adalah bagian atasnya. Seandainya kamu luruskan maka berarti akan mematahkannya. Dan seandainya kamu biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu nasehatilah dengan baik.” (HR Imam al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hal ini maka berperilakulah lemah lembut. Sabda Rasulullah Shalallahu`alaiwassalam: “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik budi pekertinya dan paling lemah-lembut perilakunya kepada ahli keluarganya” (HR Imam at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan al-Hakim)
6.Menghindari hal-hal yang tidak Islami
Masih ingat dengan Musa finalis Hafidz Qur`an? Iya, anak berumur 5,5 tahun itu menjadi pemenang kompetisi hafal Alqur`an di sebuah stasiun televisi yang ditayangkan pada Ramadhan tahun lalu. Kabarnya, agar Musa menjadi Hafidz Qur`an, keluarga Musa menggunakan teknologi untuk mengaji. Selain dibiasakan shalat malam, sehari-hari, Musa menonton TV tapi bukan acara yang lebih banyak "haha-hihi", Musa menyetel murotal biar mudah hafal Alqur`an.
Jadi, kita tidak bisa hidup sendirian terpisah dari masyarakat. Betapa pun taatnya keluarga tersebut terhadap norma-norma agama, apabila sekitar lingkungannya tidak mendukung, pelarutan nilai akan lebih mudah terjadi, terutama pada anak-anak. Pilihlah lingkungan tempat tinggal yang baik juga tontonan yang baik.
7.Berperan dalam pembinaan masyarakat
Keluarga islami harus memberikan kontribusi yang cukup bagi perbaikan masyarakat sekitarnya (aku perlu banyak belajar tentang ini). Suami harus dapat mengatur waktu yang seimbang untuk Allah Subhanahuwata`ala (ibadah ritual), untuk keluarga (mendidik keluarga serta bercengkrama bersama istri dan anak-anak), waktu untuk ummat (misalnya mengisi ceramah atau mendatangi pengajian, menjadi pengurus masjid, panitia kegiatan keislaman) dan waktu mencari nafkah. Begitu pula dengan istri diberi kesempatan untuk bekiprah di jalan da’wah bagi muslimah disekitarnya. Wallahu’alam. (disari dari www.ummi-online.com)
Ditulis di Gedung G Unnes, 4 April 2016 dalam rangka cari referensi skripsi sambil nyambi cari apa-apa yang dibutuhkan untuk bekal pra dan pasca nikah nanti. Aku masih perlu belajar lagi.