Raut wajah mereka terlihat kusam. Seharian berkutat dengan dunia mereka sendiri-sendiri. Organisasi, kuliah dan bahkan kebiasaan aneh lainnya. Seperti nongkrongin komputer. Iseng-iseng ngomen status/twit orang (Ini kerjaanku kok, maaf kalo ada yang tersinggung).
Mereka melukis waktu dengan karya. Karya dari pena berbentuk keyboard. Kata demi kata berjejer, kemudian berkumpul membentuk paragraf yang syarat makna. Ah, meski kadang hanya celoteh belaka. Ya, celoteh itulah maknanya.
Pena berbentuk keyboard semakin nyaring menciptakan iramanya. Lembar demi lebar goresan tinta printer berserak di atas meja. Terbuka, memberi kesempatan lebar sang pembuat makna. Pembaca.
Lukisan,kisah tentang anak manusia yang jatuh cinta. Karya Sang Mentor M.Rifan Fajrin tak urung menjadi sorotan utama."Ah, kalian punya otoritas sendiri akan memasak apa dan bahan-bahan apa yang akan dibutuhkan," ungkap sang Maestro.
"Namun jangan lupa, tengoklah dan antarkan tetangga sebelah ketika selesai memasak. Hitung-hitung dengan niatan cari tahu resep apa yang digunakan. Syukur-syukur dibolehkan mencicipi atau malah dibungkusin dibawa pulang," jelasnya sembari membetulkan kacamata.
Sang Koki cilik sedang gemar memasak rupanya, memasak kata-kata cinta, kata-kata yang berbau kampus, kata-kata yang setiap hari diungkap namun kini mencoba dibumbui makna. Masakan "Melepas siang" karya editor buletin Express Nisrina Laely W. tak kalah menarik, dengan setting di tepi laut. Pantai. Membuat syahdu penikmatnya. Kesyahduan begitu terasa Express. Cepat. Koki terlalu tergesa-gesa mengangkat masakan dari wajan. Masakan setengah matang. Tampilan segar, namun dirasakan tidak enak di lidah.
Masih mengenai cinta, kini bisa jadi bukan cinta biasa. Cinta seorang hawa yang mengagumi hawa lainnya. Itulah karya Si bibit kecil Reporter Express Bunga Ayu. "Mungil Bibir, Perempuanku" dipilih Bunga menjadi judul karyanya. Ah, masakan ini bisa jadi masakan yang tidak biasa dengan mengangkat bahan-bahan yang jarang di pasaran. Perlu kehati-hatian dalam mengolah dan menyajikan agar bisa enak dimakan.
Bentuk ceritanya seperti diary. Begitulah banyak teknik memasak, dengan cara yang sama seperti Bunga, atau cara yang lain menjadi otoritas Si koki. Ah, cerita cinta tak pernah bosan jika dibuat karya. Masakan ini banyak pemburu atau penikmat. Namun, masakan dengan bahan yang sama bisa jadi rasa berbeda. Maka dari itu, memasak juga perlu seni. Seni memilih bumbu-bumbu untuk penyedap masakan itu perlu.
Lagi-lagi masih mengenai cinta, cerita cinta yang tak terbalas? Cerita cinta masa lalu? Bisa jadi itu yang menjadi tema-tema dalam cerita cinta. Banyak memasak dengan bahan ini. Dengan nama-nama masakan beragam. Pemberian nama masakan menjadi penting untuk menarik penikmat masakan untuk mencicipinya. Seperti masakan dengan,nama "Entah" karya PU BP2M Debby P. dari namanya bisa jadi pembaca akan berpendapat sama dengan nama dari masaka itu. "Masakan apa itu? Entahlah," penikmat berspekulasi negatif. "Isinya bagus meski terkesan tergesa-gesa untuk merampungkan cerita, namun pemberian judul tidak menarik untuk mebaca cerita ini," kata Sang Maestro."Daun terakhir siapa yang akan jatuh lebih dulu? Daunku atau daun Si Pohon Jambu? Bisa jadi kutipan ini menarik dengan membuat perbandingan dari perumpamaan," tambahnya. Masakan bisa jadi enak, namun pemberian nama masakan yang kurag menarik bisa jadi pula menghilangkan rasa penasaran dari penikmat untuk mencicipi masakan tersebut.
Tak hanya kisah cinta saja rupanya yang menarik dibuat masakan yang lezat.Cerita mengenai fenomena-fenomena keseharia yang ada di dekat kita bisa menjadi cerita yang menarik. "Ruang Sesak Itu" mengandung bahan masakan yang terdiri dari fenomena keseharian Si Koki dan mengemati fenomena tersebut. Ya, cerita tentang ruang kelas yang begitu sempit namun dihuni berpuluh-puluh orang di dalamnya beserta fenomena-fenomena yang terjadi ditulis dalam cerita dari Marfuah Hikaru, Litbang BP2M.
"Koki begitu detail menjabarkan bumbu-bumbu yang digunakan dalam masakannya, bumbunya terasa di lidah," kata Sang Maestro. "Hanya saja, tampilan masakan kurang menarik untuk dilihat," tambahnya lagi.Kurangnya dialog dalam sebuah cerita menjadikan cerita menjadi menjenuhka dan terkesan kurang hidup.
Ah, itu kisah kami sembari melepas senja. Lantas? Tinggal Anda pilih berbagai cara untuk memasak, masakan apa dan bagaimana memasaknya.Juga, menciptakan masakan yang sekali kecap penikmat bisa ketagihan untuk tidak hanya menghabiskan masakan,namun juga ada kesan setelahnya. Fakta menciptakan makna. Terima kasih kawan-kawan atas bahan-bahan masakannya. Ttk hbs.
Mereka melukis waktu dengan karya. Karya dari pena berbentuk keyboard. Kata demi kata berjejer, kemudian berkumpul membentuk paragraf yang syarat makna. Ah, meski kadang hanya celoteh belaka. Ya, celoteh itulah maknanya.
Pena berbentuk keyboard semakin nyaring menciptakan iramanya. Lembar demi lebar goresan tinta printer berserak di atas meja. Terbuka, memberi kesempatan lebar sang pembuat makna. Pembaca.
Lukisan,kisah tentang anak manusia yang jatuh cinta. Karya Sang Mentor M.Rifan Fajrin tak urung menjadi sorotan utama."Ah, kalian punya otoritas sendiri akan memasak apa dan bahan-bahan apa yang akan dibutuhkan," ungkap sang Maestro.
"Namun jangan lupa, tengoklah dan antarkan tetangga sebelah ketika selesai memasak. Hitung-hitung dengan niatan cari tahu resep apa yang digunakan. Syukur-syukur dibolehkan mencicipi atau malah dibungkusin dibawa pulang," jelasnya sembari membetulkan kacamata.
Sang Koki cilik sedang gemar memasak rupanya, memasak kata-kata cinta, kata-kata yang berbau kampus, kata-kata yang setiap hari diungkap namun kini mencoba dibumbui makna. Masakan "Melepas siang" karya editor buletin Express Nisrina Laely W. tak kalah menarik, dengan setting di tepi laut. Pantai. Membuat syahdu penikmatnya. Kesyahduan begitu terasa Express. Cepat. Koki terlalu tergesa-gesa mengangkat masakan dari wajan. Masakan setengah matang. Tampilan segar, namun dirasakan tidak enak di lidah.
Masih mengenai cinta, kini bisa jadi bukan cinta biasa. Cinta seorang hawa yang mengagumi hawa lainnya. Itulah karya Si bibit kecil Reporter Express Bunga Ayu. "Mungil Bibir, Perempuanku" dipilih Bunga menjadi judul karyanya. Ah, masakan ini bisa jadi masakan yang tidak biasa dengan mengangkat bahan-bahan yang jarang di pasaran. Perlu kehati-hatian dalam mengolah dan menyajikan agar bisa enak dimakan.
Bentuk ceritanya seperti diary. Begitulah banyak teknik memasak, dengan cara yang sama seperti Bunga, atau cara yang lain menjadi otoritas Si koki. Ah, cerita cinta tak pernah bosan jika dibuat karya. Masakan ini banyak pemburu atau penikmat. Namun, masakan dengan bahan yang sama bisa jadi rasa berbeda. Maka dari itu, memasak juga perlu seni. Seni memilih bumbu-bumbu untuk penyedap masakan itu perlu.
Lagi-lagi masih mengenai cinta, cerita cinta yang tak terbalas? Cerita cinta masa lalu? Bisa jadi itu yang menjadi tema-tema dalam cerita cinta. Banyak memasak dengan bahan ini. Dengan nama-nama masakan beragam. Pemberian nama masakan menjadi penting untuk menarik penikmat masakan untuk mencicipinya. Seperti masakan dengan,nama "Entah" karya PU BP2M Debby P. dari namanya bisa jadi pembaca akan berpendapat sama dengan nama dari masaka itu. "Masakan apa itu? Entahlah," penikmat berspekulasi negatif. "Isinya bagus meski terkesan tergesa-gesa untuk merampungkan cerita, namun pemberian judul tidak menarik untuk mebaca cerita ini," kata Sang Maestro."Daun terakhir siapa yang akan jatuh lebih dulu? Daunku atau daun Si Pohon Jambu? Bisa jadi kutipan ini menarik dengan membuat perbandingan dari perumpamaan," tambahnya. Masakan bisa jadi enak, namun pemberian nama masakan yang kurag menarik bisa jadi pula menghilangkan rasa penasaran dari penikmat untuk mencicipi masakan tersebut.
Tak hanya kisah cinta saja rupanya yang menarik dibuat masakan yang lezat.Cerita mengenai fenomena-fenomena keseharia yang ada di dekat kita bisa menjadi cerita yang menarik. "Ruang Sesak Itu" mengandung bahan masakan yang terdiri dari fenomena keseharian Si Koki dan mengemati fenomena tersebut. Ya, cerita tentang ruang kelas yang begitu sempit namun dihuni berpuluh-puluh orang di dalamnya beserta fenomena-fenomena yang terjadi ditulis dalam cerita dari Marfuah Hikaru, Litbang BP2M.
"Koki begitu detail menjabarkan bumbu-bumbu yang digunakan dalam masakannya, bumbunya terasa di lidah," kata Sang Maestro. "Hanya saja, tampilan masakan kurang menarik untuk dilihat," tambahnya lagi.Kurangnya dialog dalam sebuah cerita menjadikan cerita menjadi menjenuhka dan terkesan kurang hidup.
Ah, itu kisah kami sembari melepas senja. Lantas? Tinggal Anda pilih berbagai cara untuk memasak, masakan apa dan bagaimana memasaknya.Juga, menciptakan masakan yang sekali kecap penikmat bisa ketagihan untuk tidak hanya menghabiskan masakan,namun juga ada kesan setelahnya. Fakta menciptakan makna. Terima kasih kawan-kawan atas bahan-bahan masakannya. Ttk hbs.