pixabay.com |
Sudah seperempat abad lebihnya delapan hari (jika dihitung dari tanggal 21 sampai hari ke-29 di Januari ini) aku menghirup udara yang alhamdulillah melimpah ruah dan gratis di belahan negeri Indonesia ini. Hal ini perlu aku syukuri mengetahui kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan masih menyisakan asap di paru-paru warga di sana. Tak terkecuali paru-paru anak-anak, orang tua, dan orang yang sebaya dan senasib denganku barangkali. Bahkan ada di wilayah negara Tiongkok, polusi karena asap pabrik dan kendaraan bermotor juga sedemikian mengancam jiwa. na`udzubillah....
Ya, apa yang aku jalani dan hadapi pantas aku syukuri bukan? Selama 25 tahun aku hidup bersama keluarga, saudara, sahabat, dan orang-orang di sekitarku dengan segala keadaan yang ada. Tingkah laku, perkataan, dan segala persinggunganku dengan mereka membuatku menjadi sosok seperti sekarang. Seorang perempuan dengan segala kekurangan yang musti perlu dibenahi. Perempuan seperempat abad dengan masalah-masalah yang perlu dipecahkan. Perihal kuliah, jodoh, pekerjaan, dan masalah dunia lainnya yang jika dipikirkan satu-satu tidak ada habisnya.
Kuliah misalnya, tidak tanggung-tanggung 6,5 tahun sampai sekarang aku masih menjadi mahasiswa (tepatnya mahasiswa semester akhir). Lama aku betah di Unnes, begitu juga lama aku tinggal di rumah Budhe-ku, sampai-sampai bisa dibilang domisili Kelurahan Patemon, Gunungpati, Semarang (ya iyalah lha wong tinggal sampai lebih dari lima tahun di sini). Pahit manis asam asin menjadi anak kos sudah aku rasakan. Apalagi menjadi mahasiswa semester akhir yang jomblo (sampai halal insyaallah) pula.
Jodoh bagaimana? Ijasah belum dapat begitu juga ijabsah. Aku punya mimpi menikah di usia 21 tahun. Keinginan itu semakin menjadi setelah tahu beberapa artis terkenal memutuskan untuk menikah muda, seperti Nia Ramadhani dan Marshanda (hehe). Namun kenyataan tak selalu semanis harapan, sampai sekarang aku belum nikah juga. Jika merujuk pada kenyataan di desaku, usia 25 tahun adalah usia matang bahkan usia melampaui matang untuk menikah yang dianggap oleh kebanyakan warga di desaku. Usia yang jika aku menilik kawan-kawan angkatan 1991 (terutama teman Sekolah Dasar dulu), kebanyakan sudah menikah tiga sampai lima tahun lalu. Bagaimana denganku? Mengenai pasangan jangan ditanya, semoga dijaga menjadi jomblo sampai halal olehNya. Insyaallah
Rasanya lambat sekali apa yang aku capai dalam hidup ya? Astaghfirullah.... Aku memang perlu muhasabah diri. Baiklah... banyak harapan belum menjadi kenyataan, tapi apapun yang dihadapi dan dijalani semoga di usia seperempat abad ini menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tidak hanya itu, semoga dimudahkan jalan untuk menimba ilmu bekal membina rumah tangga insyaallah eh pastinya bekal akhirat juga. Aamiin insyaallah
Aku teringat sebuah nasehat yang aku benar-benar lupa dapat dari mana, yaitu Nandemo shigoto ga aru noga kokorode shite, Kamisama no tameni hataraito shiteiru.... Artinya kurang lebih begini: Whatever you do, work with your heart, as working for the Lord. Bismillah....
Terima kasih untuk kamu, kalian, dan siapa saja. Terima kasih atas doa-doa baik yang dengan ikhlas dipanjatkan. Terima kasih atas izinNya sehingga kau, kalian, dan siapa saja telah hadir dan kemudian ada juga yang pergi. Meski beberapa kepergian perlu berdamai dengan diri untuk melepaskan. Terima kasih, terima kasih membantuku memaknai kehidupan....
Patemon, Gunungpati, Semarang, Jumat 29 Januari 2016