Setiap Anak adalah Juara

...Guru seperti teko yang penuh air, yang menyirami tanaman, bukan menyirami sebuah cangkir....

Hujan dalam Ingatan

...Seperti pertanyaan yang aku titipkan pada hujan sore itu. Apakah kau merindukanku?....

Tiga Bungkus Nasi Kucing untuk Berbuka

...Kebahagiaan berada di dalam hati orang yang mengingatNya....

Kisah Kertas Kebahagiaan

...Let me find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart....

Siapa yang Berdiri di Depan Pintu?

...dan kau tahu makna cinta, masuklah....

Gusti Allah Ora Sare

...Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan....

Friday, July 31, 2015

Dan, Mungkin Kamu yang Sering Merasakan Sakit Hati, Kubuat Catatan Kecil Ini untukmu

Kata mutiara

Dan, mungkin kamu yangg sering merasakan sakit hati, kubuat catatan kecil ini
untukmu. Maaf Mbak, saat-saat yang dulu, kemarin, mungkin aku pernah
menyakitimu. Mbak, can you forgive me? Ini aku yang berjerawat. 
*Surat ini aku tulis sambil kukur-kukur jerawat (22/7).

Sontak aku tertawa kecil selepas membaca kalimat terakhir tulisan itu. Tulisan pada selembar kertas origami warna merah itu merupakan sebuah ungkapan perasaan adikku saat lebaran kemarin. Namun, hanya sesaat aku tertawa kecil, aku sadar ia menulis surat dengan kata-kata yang muncul dari hati. Polos dan jujur sekali.

Aku tidak menyangka, gadis kelas XI SMA itu punya inisiatif untuk memberikan surat tanda maaf tidak hanya untukku tapi seluruh anggota keluarga (Emak, Bapak, dan saudara kembarku). Aku tiga bersaudara, yaitu aku, saudara kembarku, dan adikku. Kami memang suka memberikan pesan melalui selembar kertas.

Misal saja jika aku atau kembaranku akan kembali ke Semarang (aku dan saudara kembarku masih kuliah di perguruan tinggi negeri di Semarang), kami menuliskan pesan dan menempelkan pesan di dinding kamarnya (yang memang sudah nampak seperti majalah dinding, ada berbagai tempelan di sana) atau diselipkan pada kaca lemari berharap adikku mudah menemukan pesan kami.

Bisa jadi memang benar, sebuah pesan bagaimana pun cara menyampaikannya (baik melalui surat kertas, Surat Elektronik (Surel), pesan singkat, media sosial, sorotan mata, senyuman yang tulus, raut muka yang manis maupun masam, dll) jika disampaikan seikhlas-ikhlasnya, sejujur-jujurnya, dan sedalam-dalamnya maka akan lebih mudah diterima dengan cara yang sama.

(Taqaballallohuminna waminkum, semoga kita semua dihimpun dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir batin)

                                                                                   ***
Kutemukan catatan lama, tepatnya catatan pada lebaran tahun lalu. Rasanya baru kemarin menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Aku sadar, belum banyak kebaikan (bahkan sering lalai) yang aku lakukan. Semoga kita bertemu Ramadhan tahun depan. Semoga kita semua dihimpuan dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. Aamiin insyaallah Mohon maaf lahir batin....

Semarang, 31 Juli 2015

Wednesday, July 29, 2015

Petrikor

(Lagi) Hujan menyimpan nada, yang hanya terdengar bagi ia yang merindu.

Kata motivasi dan mutiara
Sumber foto klik di sini

Baca juga celoteh ini Kosame no Uta

Tuesday, July 14, 2015

Menangis, Menangislah

kata mutiara Ann Liu
Ann Liu
"Masa itu masa sangat muda. Serba terburu-buru. Aku menyesal mengatakannya."
Aku masih tinggal dalam diamku. Aku kira kau akan bicara lagi.

"Apa kau bahagia?"

"Aku sendiri sedang bertanya," jawabku kemudian. Dan kumenunggu kau berbicara lagi.

"Maafkan aku. Kadang ada beberapa alasan rumit kenapa mengambil sebuah keputusan. Kau tahu itu kan?" terangmu meminta persetujuan.

"Mulanya aku sering menangis. Menangisi yang telah lepas dan hilang. Tapi kini aku tak menangis lagi. Apa gunanya menangisi masa lalu?" tanyaku.

"Ada gunanya. Sekarang kau sadar bahwa aku tak sehebat yang kau kira."

"Tidak. Kau hebat. Sehebat lebih dari yang aku kira, karena kau berani memutuskan sendiri ini semua, meski kau tak menutup mata aku terluka," kataku sembari teringat kenangan yang mengharu biru.
                                                                            ***
Seorang teman bercerita, ia baru saja ditinggal orang yang ia cinta. Mendengar itu, aku jadi teringat percakapan tiga tahun lalu. Aku yang juga pernah terluka karena tidak berhati-hati dalam mencinta, hanya bisa melakukan salah satu cara, yaitu menasehati dengan kata-kata kepadanya yang sedang sakit hatinya.

"Menangis menangislah, bersedih bersedihlah, ini memang waktunya. Satu hal yang lebih penting esok kau masih bisa terjaga."

Kutambahkan sedikit kata-kata yang menggaung jelas di telinga.

"Dalam perjalanan mencari, kadang jawaban datang dengan cara yang tidak dimengerti. Melalui tikaman menyakitkan atau bahkan senyuman yang menyejukkan."

Semarang, 15 Juli 2015/ 28 Ramadhan 1436 H


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More