Setiap Anak adalah Juara

...Guru seperti teko yang penuh air, yang menyirami tanaman, bukan menyirami sebuah cangkir....

Hujan dalam Ingatan

...Seperti pertanyaan yang aku titipkan pada hujan sore itu. Apakah kau merindukanku?....

Tiga Bungkus Nasi Kucing untuk Berbuka

...Kebahagiaan berada di dalam hati orang yang mengingatNya....

Kisah Kertas Kebahagiaan

...Let me find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart....

Siapa yang Berdiri di Depan Pintu?

...dan kau tahu makna cinta, masuklah....

Gusti Allah Ora Sare

...Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan....

Thursday, November 27, 2014

Tentang Pulang


Melepaskan suami untuk pergi mencari nafkah di tanah rantau adalah perpisahan yang membahagiakan. Aku sepaham dengan apa yang dikatakan sahabatku waktu itu. Ia sudah bersuami dan percaya bahwa perpisahan selalu berbanding lurus dengan pengorbanan dan kesabaran.

Ia menyadari perasaan bahagia bercampur khawatir menjadi kemelut setiap bulan. Bahagia bertemu suami tercinta, dan dalam kurun waktu tak lama harus berpisah juga. Dan begitu terus selama ini dilaluinya. Maka dari itu, perempuan yang berani memutuskan menikah pada usia muda ini selalu berkata, melepaskan suami untuk pergi mencari nafkah di tanah rantau adalah perpisahan yang menyedihkan sekaligus membahagiakan. 

Perpisahan dimaknainya sebagai hal yang mesti terjadi. Perpisahan dengan suaminya itu menjadikan ia paham bahwa baik lama, ataupun sebentar. Baik cepat ataupun lambat. Sebahagia apapun sebuah keluarga, akan dipertemukan dengan perpisahan. Namun, ia percaya semoga setelah perpisahan dipertemukan dalam surga kebahagiaan.
"Dan setelah gemuruh beserta petir yang dibawa awan hitam, ada pelangi yang mngingatkanku bahwa kehidupan bisa dinikmati dengan cara yang lebih baik," katanya.
Ia belajar berpisah dengan suaminya, dan ia berharap suaminya pun begitu. Belajar berpisah dengan istri yang selalu menyebut namanya dalam setiap doa. Karena dalam jarak, cinta telah diuji. Iya ada pengorbanan dan kesabaran dalam cinta.

Aku tahu, tak mudah membina rumah tangga. Tidak semudah mengatakan cinta, mempertahankan dalam badai ujian itulah kesunguhan cinta yang dalam. Untuk kamu yang hebat, semoga kita dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik. Kau bilang, cinta sejati selalu akan menemukan jalan pulang. Semoga tidak hanya menemukan, tapi kau berani menapaki jalan pulang itu. Tentang pulang yang tidak hanya butuh keberanian, tapi percaya bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik di setiap perjalanan.

Sayangku yang hebat, kehebatan setapak demi setapak  belajar menuju jalan yang diridloiNya. Insyaallah Sayangku, aku tahu Allah sedang mempersiapkanmu untukku. Mempersiapkanmu menjemputku membina hubungan yang disahkan dengan undang-undang langit. Menjemputku menyempurnakan agama bersamamu. Aamiin Insyaallah

https://arigatouminasan.wordpress.com/2014/09/15/perpisahan-itu-3/

Semarang, 27 November 2014

dakwatuna.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More