Setiap Anak adalah Juara

...Guru seperti teko yang penuh air, yang menyirami tanaman, bukan menyirami sebuah cangkir....

Hujan dalam Ingatan

...Seperti pertanyaan yang aku titipkan pada hujan sore itu. Apakah kau merindukanku?....

Tiga Bungkus Nasi Kucing untuk Berbuka

...Kebahagiaan berada di dalam hati orang yang mengingatNya....

Kisah Kertas Kebahagiaan

...Let me find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart....

Siapa yang Berdiri di Depan Pintu?

...dan kau tahu makna cinta, masuklah....

Gusti Allah Ora Sare

...Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan....

Saturday, April 2, 2016

Pas Foto Berlatar Belakang Biru

Sumber foto: google

Perempuan mana yang tidak ingin memiliki kisah cinta berakhir bahagia. Kisah cinta bahagia bak seorang putri yang menikah dengan pangeran impiannya. Tidak jarang juga yang mengimpikan kisah cinta seperti dalam drama-drama Korea. Misalnya drama berjudul Full House, Boys Before FlowersPrincess Hour, dan drama Korea kebanyakan lainnya. Begitu juga dalam drama Taiwan yang menurutku menjadi cikal bakal merebaknya drama Korea dan sejenisnya berjudul Meteor Garden.

Alur pada drama yang disebutkan di atas sama. Sama-sama ada dua sejoli yang awalnya saling benci tapi kemudian jatuh cinta. Ya, benci jadi cinta. Segala rintangan dihadapi dari pertentangan keluarga hingga orang ketiga. Namun, akhirnya mereka bisa melalui itu semua. Hidup bersama dan bahagia.

Tidak hanya itu, barangkali tidak sedikit pula yang membayangkan cerita cintaku seperti dalam film Ada Apa dengan Cinta (AADC). Cinta yang awalnya benci pada Rangga, akhirnya jatuh hati pada lelaki yang suka dengan puisi Khairil Anwar itu. Tapi, tentunya AADC dengan akhir cerita Cinta hidup bahagia dengan Rangga (karena sampai saat ini aku belum tahu akhir cerita AADC, eh tayang bulan ini atau bulan depan AADC 2 ya? Aduh penasaran bagaimana akhir cerita penantian Cinta atas Rangga selama 14 purnama lamanya. Semoga sih bahagia).

Selain kisah cinta dalam AADC, kisah cinta impian seperti dalam buku-buku. Ayat-ayat Cinta misalnya. Siapa yang tidak mau seperti Aisyah yang mempunyai suami sholeh seperti Fahri. Walau nyatanya impian itu aku pikir ulang lagi, perlu mempersiapkan diri karena melihat diri masih jauh dari sosok Aisyah yang sabarnya luar biasa sekali.

                                                                            ***
Aku tidak phobia kamera. Tapi, hari ini aku benar-benar merasa gugup. Aku benar-benar merasa gugup bukan karena kilatan cahaya dari kamera, bukan. Tapi, hari ini aku membuat pas foto berlatar belakang biru. Foto yang akan diambil bukan untuk narsis sebagai foto diri di Facebook atau media sosial lainnya. Ini foto akan melekat pada sebuah buku. Buku sebagai tanda pencatatan oleh negara bahwa sebuah hubungan muda-mudi telah disahkan oleh Undang-Undang Langit. Apalagi kalau bukan buku nikah.

Sembari menunggu giliran untuk difoto, keluar pertanyaan dari kepalaku. Apakah ini nyata? Aku akan menikah,  ia yang ada di depan sana akan menjadi imamku? Insyaallah Ia yang tak banyak kukenali. Ia yang juga tak lebih banyak mengenali aku. Warna kesukaannya pun aku tak tahu. Apalagi apakah ia tahu? Kebiasaanku saat ini ketika santai, lebih suka menyetel murotal daripada lagu, kadang streaming radiorodja.com lewat netbook-ku, dan suka membaca cerpen juga Mice Cartoon pada harian Kompas edisi Minggu.

Giliran difoto telah tiba, bismillah kududuk tersenyum di depan kamera. Menunggu aba-aba satu, dua, tiga. Kutersadar dari bayangan tentang kisah-kisah cintaAh, tak peduli kisah cintaku seperti dalam drama Korea, film AADC, dan novel best seller atau tidak. Yang pasti sesederhana apapun kisah cinta kita, terpenting setiap orang termasuk aku punya kisah sendiri. Kisah yang seru bukan atas dasar penilaian orang lain, tapi bagaimana niat kita dan cara memaknainya atas dasar anjuran Allah Subahahuwata`ala. Insyaallah....

"Mas ke Balai Desa dan KUA minggu depan insyaallah," katanya sebelum bersama pergi mengendarai motor sendiri-sendiri. Itulah celoteh tentang pas foto berlatar belakang biru, kemantapan terhias senyum kala itu. Bismillah semoga ia mampu membimbingku. Insyaallah

Patemon, Semarang, 2 April 2016


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More