Thursday, March 17, 2016

Penting Tidak Sih Perayaan Valentine dan White Day?


gemaikm credit Islampos

Mungkin bagi minasan topik ini sering diangkat oleh banyak orang menjelang bulan cinta (heleh) yaitu Februari dan akan berdendang lagi menjelang bulan Maret.

Ehem, memang budaya memberi cokelat ini sebenarnya baik-baik saja, hanya saja hal yang lain berbuntut padanya biasanya memiliki image negatif dan anehnya sudah menjadi rahasia umum di tengah kalangan masyarakat khususnya Indonesia yang cenderung suka ikut-ikutan budaya luar negeri untuk sebatas fun dan sekadar ingin keren saja. Bagaimana? Fakta bukan?

komentar tokoh Conan dan Ai mengenai valentine. Sumber: facebook.com/kata-kata bijak tokoh anime

Nah, yang saya temui orang Indonesia juga mulai merangkak nih tahap “lebaynya” dengan meniru hal yang dilakukan di Jepang. Minasan tentu tahu Jepang adalah negara yang juga menyerap hal awalnya dilakukan di luar negeri serta asing lalu dengan sedikit perubahan pun mampu menjadikannya bercita rasa “Jepang”.

Di sini saya tidak akan panjang lebar menjelaskan asal usul valentine yang tidak perlu saya ungkapkan secara terang-terangan karena umat Muslim pasti tahu kalau itu adalah hal yang mudharat –serta tidak mau menyinggung umat agama lain tentunya. Hanya saja saya ingin memaparkan bahwa “fanatik” dalam  hal yang sebenarnya merepotkan dan belum tentu membuat kita mendapatkan ridha Allah ini perlu dihentikan sebagai bentuk ketaatan kepada Sang Maha Pencipta.

Yup, langsung ke pembahasan. Inilah beberapa “istilah” yang tidak asing di telinga anak-anak muda di Jepang, silakan menyimak.^^

1. Giri Choco
Jika diartikan secara harfiah kata “giri” berarti kewajiban. Jadi biasaya Giri Choco diberikan wanita kepada seorang pria yang dianggap sebagai rekan kerja atau kawan biasa di mana si wanita tidak merasa ada ketertarikan khusus terhadap orang tersebut. Biasanya Giri Choco adalah cokelat yang dibeli di pasar swalayan dengan harga lebih murah. Seorang wanita bisa menghabiskan uang cukup banyak demi membeli cokelat ini untuk diberikan kepada teman-temannya.

2. Honmei Choco
Jika diterjemahkan secara harfiah kata “honmei” dapat dimaknai “perasaan sesungguhnya”. Jadi ini adalah cokelat yang diberikan seorang wanita kepada pria yang benar-benar dianggap istimewa olehnya. Cokelat ini biasa diberikan wanita kepada pacar, suami atau seseorang yang dia ingin supaya bisa menjadi pasangannya. Biasanya Cokelat Honmei lebih mahal dan mewah daripada Cokelat Giri. Atau cokelat ini juga bisa dibuat atau diolah sendiri oleh sang wanita untuk menunjukkan betapa istimewanya sang pria di mata wanita itu. Biasanya minasan sudah mulai bisa melihat cokelat-cokelat mulai dipajang di toko dan pasar swalayan sejak pertengahan Januari. Sehari sebelum valentine biasanya toko-toko akan penuh dengan segala jenis cokelat, alat masak dan tentu saja para wanita. Mungkin hampir persis seperti di minimarket yang menawarkan beberapa paket cokelat yang ukurannya fantastis karena mencapai berat satu kilogram!

3. Fami Choco
Fami” di sini maksudnya keluarga. Jadi ini adalah cokelat yang diberikan ke anggota keluarga.

4. Tomo Choco
Jika diartikan kata “tomo” berarti teman. Jadi ini adalah cokelat yang diberikan antarwanita yang punya hubungan pertemanan.

5. My Choco/Jibun Choco/Gohobi Choco
Kata “jibun” dalam bahasa Jepang artinya ialah “diri sendiri”. Jadi ini adalah cokelat yang dibeli untuk dinikmati sendiri.

6. Sewa Choco
Arti “sewa” adalah merawat atau mengurus. Maknanya ini adalah cokelat yang diberikan kepada orang yang membantu merawatmu.

7. White Day
Diperingati di Jepang tanggal 14 Maret, tepat sebulan sesudah hari valentine. Inilah hari untuk para pria yang bulan lalu diberi cokelat oleh seorang, dua atau lebih wanita. Namun, pemberian itu tidak gratis loh, karena giliran White Day ini para pria yang wajib membalas pemberian tadi.

Memang, saya tidak menutup fakta kalau hasil nyata dari valentine adalah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tapi apakah hanya demi itu umat Muslim tega menggadaikan imannya? Ingatkah bila menyerupai suatu kaum maka kita akan digolongkan kepada kaum tersebut?

Minasan tahu persislah, umat Muslim hendaknya mengacu pada Al-Quran dan hadis jika hendak menentukan apakah hal yang dikerjakannya itu baik atau tidak, mendatangkan pahala atau dosa, serta sebagainya. Bukannya asal ikut-ikutan ngetrend saja.

Saya mengutip sebuah surah yang masih berhubungan dengan pembahasan saya kali ini mengenai Allah yang menyuruh hamba-Nya untuk waspada pada kelompok yang banyak.

“Dan jika kamu menuruti banyak orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.” [QS Al-An’am(6):116]

Huff, saya pribadi sih berpikir kalau seiring berlalunya zaman ternyata budaya ini jadi makin ribet ya. Makin banyak klasifikasi cokelat yang seakan menuntut untuk segera dibeli dan akan menimbulkan rasa kurang puas jika tidak menurutinya. Hidup terasa dikejar ya? hehe.

Yosh, cukup di sini pembahasan saya. Mohon kritik dan saran ya minasan?^^

Semoga bermanfaat! :D

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More