Tokyo Tower interestingarticle.blogspot.com |
Mengapa?
Mungkin bagi orang awam, jawaban saya hanya akan menyangkut soal kehebatan Jepang dari segi hiburan. Misalkan saja anime, film, drama, boyband atau girlbandnya. Namun menurut saya itu hanya sebuah nilai plus yang memudahkan saya mempelajari Jepang itu seperti apa. Lewat media hiburan tersebut, hal-hal seperti budaya, politik, pandangan hidup, dan lain sebagainya dapat tersampaikan dengan lebih mudah. Oke, mari kembali ke pembahasan awal.
Mengapa saya memilih Jepang? Karena kegemerlapan kota Tokyo yang termahal di dunia dan terkenal dengan samurai bengis serta budaya harakirinya(1)? Wow wow, bukan seperti itu motif saya, hehe.^^
Nama resminya adalah Nihonkoku atau Nipponkoku, negeri yang memiliki kemajuan hebat di bidang teknologi dan pendidikan, tingkat kemakmuran dan kedisiplinannya tinggi, serta objek wisatanya makin diminati dari tahun ke tahun oleh pelancong luar negeri karena pelayanannya menarik bahkan pengunjung muslim pun dimudahkan dalam beribadah di sana, ditambah makin meningkatnya mahasiswa dari luar negeri yang tertarik mencari kunci kesuksesan. Bagaimana? Sudah jelaskah? Bukankah Jepang adalah cerminan negara sejahtera yang didambakan oleh semua orang?
Terlepas dari kekurangan Negeri Sakura tersebut, saya menyadari bahwa dengan belajar bahasa Jepang akan memberikan kesempatan baik untuk saya mengubah Indonesia. Mungkin awalnya susah karena kita harus mempelajari huruf hiragana, katakana, dan kanji agar mengerti bahasa tersebut, baik membaca maupun menulis. Bahkan harus mempelajari berbagai tingkatan bahasa seperti teineikei(2), futsuukei(3), sonkeigo(4), dan kenjogo(5) selayaknya dalam bahasa Jawa, lama-lama bisa pusing saya, hehe.
Meskipun ada halangan besar seperti yang sudah saya sebutkan, tetapi semangat untuk mempelajari bahasa Jepang demi masa depan negara sendiri takkan membuat saya putus asa. Menyadari kelemahan saya sebagai mahasiswa yang dulunya apatis dan hedonis, sekarang mata saya terbuka dengan berbagai masalah yang muncul di Indonesia. Karenanya, saya ingin menjadi seorang guru yang dipanuti oleh murid saya dan bisa memberikan kontribusi penting kepada masyarakat. Memang masalahnya saya susah dalam mengeluarkan pendapat dan merangkai katanya dalam bentuk lisan sehingga susah dipahami orang lain. Duh, boro-boro membimbing orang, mengatakan saya ingin begini atau begitu saja kadang-kadang ribet. Maka dari itu, saya ingin menjemput tantangan tersebut, sama seperti menjemput hidayah dari Allah bahwa perempuan adalah aset penting dalam majunya suatu negara.
Nah, kembali lagi ke topik. Jepang adalah tonggak kuat dalam dunia pendidikan, sudah terlihat jelas bahwa sejak taman kanak-kanak, penerus bangsa mereka telah diajari kemandirian dan kedisiplinan yang akhirnya mendarah daging secara alami di dalam kehidupan mereka. Dibandingkan dengan Indonesia memang berbeda jauh karena anak-anak di negeri kita sekarang mudah terkontaminasi hal buruk yang mudah ditemukan di berbagai acara televisi tanpa sensor sedikitpun, tetapi apabila kita ingin menerapkan hal kedisiplinan mengenai media sosial bagi anak maka tidak ada kata terlambat, selama kita terus berusaha dan berjuang tanpa mengenal kata menyerah maka in sya Allah akan ada hasilnya. Itulah budaya ‘akiramenai’ (tidak menyerah) dan ‘ganbaru’ (semangat) yang ingin sekali saya tanamkan di lubuk hati semua orang. Karena budaya Timur di Jepang masih sepadan dengan budaya Indonesia, saya rasa kedua elemen sakti ini bisa diterapkan sedikit demi sedikit mulai dari pribadi masing-masing. Yang saya ketahui, ketika akidah atau keyakinan seseorang sudah benar, maka cara berpikirnya akan bangkit dan akan melahirkan aksi-aksi perubahan yang tentunya sejalan dengan asas kepemimpinan berpikirnya, sehingga kemajuan akan terus muncul seiring berubahnya pola berpikir masyarakat yang ada di sekitarnya. Yang penting sekali untuk kita lakukan adalah PEDULI! Bukankah Allah sudah memberikan kita potensi-potensi hebat di dalam diri yang perlu digali dan dikembangkan? Apakah kita masih ingin menjadi pribadi yang individualis, egois, dan marah ketika orang lain mengingatkan kita untuk berbuat kebaikan?
Think again. Kemajuan di Jepang akan menjadi masa depan Indonesia pula apabila masyarakat benar-benar peduli, mengerti, dan sadar akan masalah yang sedang dihadapi. Bukannya acuh tak acuh dan hanya mementingkan diri sendiri dengan motto ‘yang penting saya tidak merugikan kamu dengan kebebasan yang ingin kulakukan’ yang seakan tertempel jelas di kening kita. Bayangkan jika Jepang seperti itu, pasti negara yang tidak lebih luas dari Pulau Sumatra itu akan semakin terpuruk. Angka bunuh diri akan semakin tinggi karena setiap orang terbelit dengan masalahnya masing-masing, dan tahukah Anda dengan apa yang Jepang lakukan demi meminimalisir kejadian tersebut? Jepang mengusahakan banyak kalimat motivasi dan peringatan terpasang dengan jelas di tempat yang sering digunakan untuk bunuh diri, di setiap stasiun kereta juga dipasangi lampu LED biru yang mencolok agar mereka mencegah dirinya bunuh diri dengan mudahnya. Kurang lebih papan peringatan tersebut berisi demikian:
“Hidup Anda adalah hadiah yang tidak ternilai dari orang tua Anda. Pikirkan lagi orang tua, saudara, dan anak Anda. Jangan simpan masalahmu sendiri. Bicarakanlah masalah-masalahmu.”
Bagaimana? Ingin menjadi manusia yang berguna manusia yang lain demi meraih ridha Allah juga bukan? Yuk, peduli dan sadar pada masalahnya serta cari solusi terbaiknya! :D
*Keinginan terdalam saya mengapa ingin belajar sampai ke Jepang yang belum sempat diikutsertakan ke dalam lomba karena ide muncul seusai deadline, hihi.^^
(1) Tradisi bunuh diri oleh orang Jepang zaman dahulu apabila kalah dalam berperang.
(2) Ragam bahasa formal.
(3) Ragam bahasa informal.
(4) Ragam bahasa hormat dengan meninggikan tingkatan kebahasaan aktivitas orang lain.
(5) Ragam bahasa hormat dengan merendahkan tingkatan kebahasaan aktivitas diri sendiri.
0 comments:
Post a Comment