Suatu hari Sensei menanyai muridnya tentang materi bab kemarin dan sebagian besar dari kami hanya bisa diam –karena agak lupa. Kemudian Sensei lanjut bertanya tentang pola kalimat baru di bab selanjutnya dan kami semakin tutup mulut.
Jiin~
Begitulah suasana hening di kelas yang lantas disambung oleh tawa miris Sensei. Beliau tentunya marah karena para murid seakan kurang serius dalam belajar. Tak pelak ceramah berdurasi setengah jam lebih pun masuk ke telinga kami.
Ada apa gerangan?
Yapp, ini karena murid-murid Indonesia pada umumnya hanya belajar jika AKAN ADA ULANGAN. Miris bukan? Termasuk saya terkadang bersikap seperti itu karena ditubruk oleh sibuknya event ini itu. tetapi menurut saya itulah kunci sukses orang Jepang yang selalu belajar tanpa kenal waktu karena sudah menjadwal waktunya dengan teratur tanpa mubadzir sedikitpun.
Yoshuu 「予習」atau menyiapkan pelajaran adalah kegiatan untuk bersiap-siap menginjak ke materi berikutnya sehingga murid sudah mempelajari kosakata dan pola kalimat baru dnegan mandiri yang selanjutnya pemahaman tersebut akan dikuatkan dengan penerangan dari Sensei keesokan harinya.
Fukushuu 「復習」atau mengulang kembali pelajaran adalah kegiatan mengingat kembali materi yang telah dipelajari karena antara materi yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan tidak pernah terputus.
Memang awalnya susah untuk melakukan karena kita benar-benar harus bisa meluangkan waktu untuk belajar mandiri dalam memahami untuk mendapatkan gambaran awal tentang sesuatu yang baru maupun mengingat kembali hal yang pernah dipelajari tetapi sampai terlupa di tengah jalan.
Namun bandingkan saja dengan resikonya. Sewaktu MTs dan SMA, guru saya sering mengadakan Pre-Test yang tentu saja membuat jantung berdebaran. Bayangkan, belum membaca materi baru sama sekali tiba-tiba kita dihadapkan dengan selembar kertas berisi pertanyaan yang tak pernah kita nyana. Atau tiba-tiba saja guru meminta kita menuliskan kembali semua kosakata-kosakata yang telah dipelajari di pertemuan minggu kemarin dalam secarik kertas kosong. Lantas apakah kita hanya bisa diam? Menyesali mengapa tidak melakukan sesuatu demi keberhasilan kita sendiri di masa depan?
Nah itulah yang saya pikirkan seusai ceramah Sensei terus berdengung di pikiran saya. Banyak orang menghabiskan waktunya demi sesuatu yang tidak lebih penting daripada belajar demi kesuksesan dirinya di masa depan. Sensei juga menekankan bahwa semakin banyak semester bukan berarti bab-bab awal semakin dilupakan karena bab tersebut menjadi landasan berpijak menuju bab yang lebih tinggi justru harus semakin dikuatkan. Aneh bukan jika hendak naik ke tempat yang lebih tinggi kita tak memiliki sandaran atau alat bergantung yang memadai? Malahan kita akan terjatuh dengan rasa sakit yang luar biasa karena tidak memiliki pengalaman dan pengamanan yang cukup.
Sama seperti orang beragama, jika ia memilih mendalami agama di masa tua nanti maka ia akan sangat menyesal apabila di hari esoknya ia terlanjur meninggal dan menghabiskan sisa hidupnya kemarin bukan untuk Allah. Ia tidak mengerti bagaimana caranya bersyukur, bagaimana caranya beribadah, bagaimana caranya bertobat dan memohon ampun atas dosanya kepada Sang Maha Kuasa hanya karena malas melakukan sesuatu dang menundanya untuk waktu yang lama sekali. Duh, sungguh mengerikan yah. u,u
Hmm..memang, hal yang sepele ternyata berakibat besar ya?
Yosh..think global to the future guys, pasti kalian menemukan perbedaan yang signifikan dengan terus berpikir ke arah depan dan memperhatikan keadaan di sekeliling secara seksama.^^
Semoga bermanfaat dan ganbatte kudasai! :D
0 comments:
Post a Comment