Sumber foto: http://daniicodecoration.com/ |
Adakah di antara kawan-kawan yang ditinggal nikah kakak atau adik? Atau juga ditinggal wisuda kawan-kawan seangkatan? Kalau begitu sama denganku. Tapi adakah seseorang yang ditinggal nikah dan wisuda oleh saudara kembar? Jawabannya ada. Ini dia aku orangnya. Seorang perempuan yang ditinggal saudara kembarnya nikah dan juga wisuda (ijabsah trus ijasah alhamdulillah....). Namun, serasa bahagia namun juga hampa menjadi satu jua. Bahagia, karena saudara kembarku dijemput pangeran impiannya. Hampa, serasa kehilangan partner setia. (alay ya?)
Salah satu kelakuan kurang kerjaan setelah ditinggal nikah dan wisuda kembaranku itu (padahal revisi skripsi juga numpuk) adalah melihat-lihat foto-foto jadul. Kemudian membayangkan masa-masa bersama. Misalnya, ketika makan nasi rames Krempyeng sampai Chiken Katsu di Hoka-hoka Bento bareng (baru sekali sih hehe).
Hiks... sedihnya tuh di sini (nunjuk dada). Di saat kembaranku menyiapkan sarapan untuk suami, aku di kos ngrebus mi instan sendiri. Lalu, lagi-lagi di kala malam kembaranku nonton tipi bareng suami, aku ditemani skripsi. Ya, begitulah aku saat ini.
Baiklah, kegiatanku saat mengenang masa lalu bersama kembaranku (bukan bersama mantan lho ya) kuhiasi dengan menulis blog ini. Kuingat-ingat masa kecil dulu, hujan-hujanan berdua berlari ke sana kemari (romantis kan?), kadang juga berenang di kali, masak-masakan, dan juga main gobag sodor sampai main tali.
Kuingat-ingat sebagai saudara kembar, meski tidak semua barang serba kembar, tapi beberapa ada yang kembar. Seperti beberapa potong baju kembar, sepatu kembar, bando kembar (dikasih Budhe Wati), sampai-sampai wadah pensil juga kembar. Hanya saja beda warna, kalau aku identik suka warna merah muda tapi saudara kembarku sukanya warna kuning.
Tidak sampai pada pakaian dan perlengkapan sekolah lainnya. Tempat sekolah di dalam kandungan yang sama, SD, SMP, SMA sampai kuliah juga sama. Jadi, rasanya memang begini punya saudara kembar. Selalu punya teman berbagi cerita, berbagi makanan, sampai berbagi baju juga. hehe
Soal berbagi baju, menjelang SMP sampai saat ini jarang sekali aku punya baju yang sama. Kadang, aku bisa pinjam baju kembaranku dan juga sebaliknya. Jadi, jangan salah di beberapa tempat aku sering menemui seseorang yang tidak aku kenal, namun menyapaku ramah sekali. Barangkali selain karena muka mirip, juga baju yang sering dipakai kembaranku itulah yang membuatku disangka Ma`rifah yang memang lebih terkenal daripada aku (ehem...).
"Wah pasti ini salah orang. Pasti aku dikira Ma`rifah yang terlanjur lebih terkenal dariku. Sudah balas senyum dan jawab pertanyaan apa yang kamu tahu tidak ada ruginya," batinku seraya membalas senyum. hehe
Pokoknya suka duka jadi anak kembar apapun itu yang pasti saat ini aku sedang rindu. Iya, rindu. Rindu serindu-rindunya sama kembaranku. Bayangkan saja, aku lihat warung yang biasa jadi tempat makan berdua saja sampai ingin mewek. Trus jalan di Unnes yang biasa kami jalan berdua juga begitu. Aduh... perasaan apa ini, apakah aku jatuh cinta? Eh... maksudku apakah ini benar-benar disebut cinta dalam bersaudara. (ah lebay)
Semarang, 30 Maret 2016